Kilas Balik Hari NKRI 3 April, Antara Mohammad Natsir dan Mosi Integral

Kilas Balik Hari NKRI 3 April, Antara Mohammad Natsir dan Mosi Integral

Mohammad Natsir tokoh di balik peringatan Hari NKRI 3 April. Pasca-Masyumi membekukan diri pada 1967, Mohammad Natsir mendirikan Yayasan Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia pada 26 Februari 1967. --

HARIAN DISWAY - Terkait Hari NKRI yang diperingati setiap 3 April, Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Dr. Adian Husaini pernah menulis sebuah artikel khusus dengan judul Jangan Lupakan 3 April, Hari Kembalinya NKRI setelah Mosi Integral Mohammad Natsir

Dalam artikel itu disebutkan bahwa Konferensi Inter-Indonesia antara delegasi Republik Indonesia dengan BFO, Bijeenskomst voor Federal Overleg, komite bentukan Belanda di Yogyakarta tanggal 19-22 Juli 1949 menghasilkan keputusan dibentuknya RIS.

Pembentukan BFO merupakan upaya Belanda "mengepung" Republik Indonesia. Negara BFO adalah Negara Dayak Besar, Negara Indonesia Timur, Negara Borneo Tenggara, Negara Borneo Timur, Negara Borneo Barat, Negara Bengkulu, Negara Biliton.

BACA JUGA: Jangan Lupakan 3 April, Hari Kembalinya NKRI setelah Mosi Integral Mohammad Natsir

Negara Riau, Negara Sumatera Timur, Negara Banjar, Negara Madura, Negara Pasundan, Negara Sumatera Selatan, Negara Jawa Timur, dan Negara Jawa Tengah. Dengan demikian Negara Republik Indonesia hanyalah di sebagian pulau Jawa, Madira, dan Sumatera.

Selama dua setengah bulan, Mohammad Natsir melakukan berbagai lobi yang tidak mudah terutama dengan negara-negara bagian di luar Jawa.

Pada 3 April 1950 Mohammad Natsir sebagai Ketua Fraksi Partai Masyumi (Majelis Syura Mualimin Indonesia) mengajukan apa yang dikenal sebagai Mosi Integral Natsir di depan parlemen.

Langkah itu untuk menyatukan kembali Republik Indonesia yang telah tercabik-cabik menjadi negara-negara bagian berhimpun kembali menjadi NKRI yang diumumkan secara resmi pada 17 Agustus 1950.

BACA JUGA: Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia Jatim Gemakan Hari NKRI 3 April dari Masjid Baitul Akhiroh

Mosi Integral Natsir menunjukkan secara gamblang akan komitmen ke-Indonesiaan tokoh-tokoh Islam. "Bahwa kecintaan kepada NKRI bukanlah basa-basi," kata Adian.

"Jangan gegabah melabeli umat Islam anti-NKRI. Justru sebaliknya, ide dan perjuangan untuk kembali kepada NKRI dilakukan oleh seorang Muhammad Natsir yang tokoh Islam," lanjut Adian.

Bung Hatta, lanjut Adian, bahkan mengatakan bahwa 3 April 1950 boleh dikatakan merupakan Proklamasi kedua setelah Proklamasi pertama pada 7 Agustus 1945.

Presiden Soekarno ketika ditanya siapa yang pantas menjadi perdana menteri pertama NKRI mengatakan bahwa tidak ada lain yang pantas sebagai Perdana Menteri kecuali Mohammad Natsir, penggagas Mosi Integral.

BACA JUGA: Ditinggal Wafat Majelis Pertimbangan KH Nur Hasan bin KH Wahmad Yazid, Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia Jatim Berduka

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: