Series Jejak Naga Utara Jawa (46) : Rasa Tionghoa pada Canting dan Malam

Series Jejak Naga Utara Jawa (46) : Rasa Tionghoa pada Canting dan Malam

Para perajin di rumah produksi batik Sekar Kencana, Lasem.-Yulian Ibra-Harian Disway-

Batik Indonesia diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO. Ini tak bisa disangkal. Tetapi, dalam sejarah panjangnya, batik juga semakin kaya oleh pencampuran unsur budaya lain. Termasuk dari Tiongkok.
 
KEGEMBIRAAN itu menyeruak di seluruh penjuru negeri pada 2 Oktober 2009. Batik Indonesia masuk dalam daftar warisan budaya tak benda UNESCO. Sejak saat itu, 2 Oktober menjadi Hari Batik Nasional. Nama batik pun terangkat. Pemakainya tidak lagi diledek sebagai “Pak RT” atau “orang mau kondangan”. Batik kian tren.

Dalam laman resminya, UNESCO mengakui bahwa batik punya nilai penting bagi masyarakat Indonesia. Kain itu dipakai oleh bayi yang baru lahir hingga orang yang sudah meninggal. Jadi kain gendongan hingga penutup jenazah.

Batik, kata UNESCO, punya makna simbolis melalui desain dan warna, yang menggambarkan kreativitas dan spiritualitas orang Indonesia.

Warisan budaya yang terkandung dalam selembar batik memang beragam. Mulai motif, warna, hingga teknik pewarnaan. Semua dijelaskan secara gamblang dalam website milik badan PBB tersebut.

’’Batik dibuat oleh para perajin yang tekun menggambar titik dan garis pada selembar kain, menggunakan lilin panas. Lilin itu menghalangi pewarna—dari tumbuhan dan bahan lain—pada kain. Sehingga memungkinkan sang seniman memilih warna motif secara selektif,’’ tulis pernyataan resmi UNESCO tersebut.
 

Kekayaan motif batik Indonesia juga mendapat apresiasi. Pengaruh budayanya beragam. Mulai kaligrafi Arab, bunga-bunga Eropa, burung phoenix ala Tiongkok, bunga sakura Jepang, hingga merak India dan Persia. UNESCO menyatakan, seni membatik berkelindan erat dengan identitas kultural orang Indonesia.

Tetapi, apakah benar batik adalah warisan budaya eksklusif Nusantara? Ternyata tidak. Banyak catatan yang menunjukkan bahwa teknik pewarnaan kain dengan mengisolasi bidang tertentu ada di berbagai kebudayaan.

The Batik Guild, sebuah serikat pencinta batik yang lahir di London, Inggris, pada 1986, menulis bahwa teknik isolasi warna memakai lilin ada di Tiongkok, Jepang, India, Amerika Selatan, hingga Eropa. Dan bukti adanya kain yang dibatik itu sudah ada sejak dua milenium silam. Di Timur Jauh, Timur Tengah, Asia Tengah, atau India.
 

Perajin mencuci kain yang sudah diluruhkan lilin panasnya di rumah produksi Batik Sekar Kencana, Lasem.-Yulian Ibra-Harian Disway-
 
Batik Guild juga menyatakan bahwa teknik batik sudah dipakai sejak zaman Dinasti Sui yang memerintah ada 581-618 Masehi. Batik pada kain sutera juga ditemukan di Nara, Jepang, dari abad ke-8. Di Mesir, teknik pewarnaan memakai lilin juga ditemukan pada abad ke-4 Masehi.

Tetapi, ia mengakui bahwa batik-batik terbaik masih dibuat di Indonesia. Di Nusantara inilah—kata Batik Guild, batik mencapai puncak kejayaannya. Baik sebagai kerajinan atau seni adiluhung. Lalu—terutama di Jawa—batik masih terikat dengan berbagai ritual yang ada di masyarakat. Bahkan, kata batik sendiri berasal dari Jawa. Akar katanya adalah tik yang berarti memberi titik. 

Lembaga itu mengakui bahwa tidak ada tempat lain di dunia yang membuat batik mencapai standar tertingginya. Kecuali di Indonesia. Faktornya banyak. Yang pertama, batik terikat dengan kultur masyarakat. Lalu, para senimannya juga mumpuni. Berikutnya, bahan pewarnaan kain batik di Indonesia sangat beragam. Ada berbagai jenis tanaman—juga bebatuan—yang bisa membuat kain batik menjadi lebih berwarna-warni.
 

Lembaran kain batik dijemur di rumah produksi Sekar Kencana, Lasem, dan siap dipasarkan. -Yulian Ibra-Harian Disway-

Tim Jejak Naga Utara Jawa juga menemukan bahwa batik masih lestari karena tangan-tangan tekun yang masih setia menggoreskan canting berisi malam panas. Dan sebagaimana bentuk kesenian lain, ada unsur-unsur budaya yang membuat batik menjadi semakin kaya. Termasuk, budaya Tionghoa. (*)
 
*) Tim Harian Disway: Doan Widhiandono, Retna Christa, Yulian Ibra, Tira Mada.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: