Memburu Safe Haven

Memburu Safe Haven

Ilustrasi bank di Amerika Serikat kolaps.-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Suf okay

 

24 Maret 2023

 

DUA pekan ini sistem keuangan Amerika Serikat (AS) dan Eropa diguncang krisis perbankan. Di AS, tiga bank, yakni Silicon Valley bank (SVB), Signature bank, dan Silvergate bank, kolaps karena penarikan dana besar-besaran nasabahnya. Sementara itu, Eropa diguncang krisis Credit Swiss bank. Pasar keuangan pun jatuh. Berbagai indeks pasar modal di AS dan Eropa mengalami penurunan tajam yang diikuti bursa-bursa dunia lainnya.

Berbagai upaya dilakukan untuk meredam multiplier effect dari kegagalan beberapa bank besar itu. Di AS, lembaga penjamin simpanan FDIC mengambil alih Silvergate dan Signature Bank. Di Eropa,  penyelamatan Credit Suisse di Swiss juga masih berlanjut. UBS sepakat untuk mengakuisisi Credit Suisse senilai USD 3,2 miliar atau setara Rp 49 triliun (kurs Rp 15.340).

Namun, upaya akuisisi Credit Suisse oleh UBS, yang sekaligus menjadi upaya penyelamatan Credit Suisse, belum membuat saham Credit Suisse bangkit. Saham Credit Suisse masih anjlok 56 persen awal pekan lalu.

Berbagai upaya penyelamatan industri perbankan di AS dan Eropa itu tampaknya belum membuat investor pasar keuangan percaya bahwa kondisi pasar keuangan akan membaik. Itu tampak dari banyaknya investor yang keluar dari pasar dan memburu safe haven, emas. Ya, emas dipandang  sebagai instrumen investasi yang mampu menjaga nilainya meskipun kondisi perekonomian dunia tidak stabil. 

Emas memang memiliki nilai yang aman di tengah situasi ekonomi, politik, atau geopolitik yang kacau sehingga nilainya mampu menghadapi volatilitas pasar. Bahkan, aset safe haven itu cenderung memiliki potensi menguat atau meningkat seiring tingginya jumlah permintaan di tengah buruknya pasar keuangan. 

Ketika pasar uang jatuh, harga minyak atau obligasi jatuh, emas selalu menjadi investasi alternatif. Investor ramai-ramai keluar dari pasar modal atau pasar uang dan beralih pada emas. Mereka memburu safe haven sehingga harganya pun melonjak. 

Inilah yang terjadi dalam dua minggu ini. Harga emas yang sudah tinggi, yang selalu terjadi menjelang tahun baru Imlek, melonjak lagi hingga menembus rekor baru. Harga emas menembus USD 2.000 per troy ounce (31,101 gram). Rekor tertinggi sejak Maret 2022. 

Emas memang dipandang sebagai aset safe haven utama. Itu terjadi sejak dulu, karena dibandingkan dengan barang lain, harga emas relatif paling stabil. Dalam jangka panjang, emas memberikan return yang sangat baik. Sebagai gambaran saja, tahun 2002, harga emas baru USD 250-an per troy ounce. Tahun ini harganya menembus USD 2.000 atau 1.000 persen bila dibandingkan dengan 20 tahun lalu.

Komoditas emas memiliki nilai yang cenderung naik dari tahun ke tahun dan pencetakan logam mulia tidak seperti mata uang. Secara historis, nilai logam mulia juga terkenal dengan sebutan a store of value karena potensi keuntungannya tinggi di tengah inflasi. Bahkan, nilai logam mulia justru akan menguat saat terjadi inflasi.

Betapa perkasanya emas bisa dilihat hari-hari ini. Emas masih diburu meski The Federal Reserve baru saja menaikkan tingkat bunga sebesar 25 basis poin (bp). Kini tingkat bunga di AS mencapai 4,75–5%. Angka yang sangat tinggi jika dibandingkan tingkat bunga dalam setahun terakhir. Meski tak lagi melonjak tinggi –karena sudah berada pada level tingginya– harganya masih akan stabil dalam beberapa waktu ke depan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: