Bulog Jatim Fokus Serap Padi Petani

Bulog Jatim Fokus Serap Padi Petani

Pekerja melakukan proses bongkar muat beras dari palka Kapal Vien Dong 09 ke truk di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (16/2/2023).-Julian Romadhon-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Pemerintah Indonesia doyan membuat kejutan. Kali ini, di tengah panen raya padi di Jawa Timur, Badan Pangan Nasional (Bapenas) memberikan penugasan kepada Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mengimpor 2 juta ton beras.

Alasannya, untuk memenuhi kebutuhan beras di tanah air hingga Desember 2023. Pada tahap pertama, Bulog diminta untuk mengimpor 500 ribu ton. Itu untuk kebutuhan Ramadan dan menjamin kebutuhan pasokan untuk bantuan sosial.

Dari impor tersebut, Bulog Jatim belum mengetahui apakah pihaknya akan mendapat jatah atau tidak. Namun, Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Jatim Ermin Tora menyatakan masih fokus menyerap hasil panen padi petani di provinsi itu.

”Saat ini sudah 15 ribu ton beras,” katanya saat dihubungi Harian Disway Selasa, 28 Maret 2023. Targetnya, beras dari petani di provinsi yang dipimpin Khofifah Indar Parawansa itu sebanyak minimal 200 ribu ton.

Bulog memperhitungkan, kebutuhan beras di Jatim dari Maret hingga Mei 2023 sebanyak 120 ribu ton. Dengan demikian, sisa beras yang diserap itu akan dikirim ke beberapa provinsi di Indonesia Timur.

”Sifatnya kita hanya membantu di provinsi lain,” ungkapnya. 

Angka tersebut sudah termasuk kebutuhan untuk Ramadan di Jawa Timur. Dari jumlah kebutuhan beras di Jatim, konsumsi beras pada April nanti diprediksi tinggi. Bisa mencapai 70 ribu ton. Sisanya akan dibagi di Maret dan Mei. 

Pemerintah juga sudah menetapkan harga beli Bulog ke petani. Untuk gabah kering giling, harga per kilogram Rp 6.500. Kemudian, harga beras Rp 9.950. ”Itu patokan untuk membeli dari petani atau produsen di Jatim,” ucapnya.

Stok beras di gudang Bulog pun saat ini terbilang aman. Masih ada 20 ribu ton. Angka itu akan terus bertambah setiap hari. ”Sampai sekarang kami masih terus menyerap beras dari petani lokal,” ungkapnya.

Saat ini Bulog Jatim belum memikirkan untuk memanfaatkan impor beras yang rencananya dilakukan pemerintah pusat. Target 200 ribu ton beras itu masih diprioritaskan melalui penyerapan dari petani lokal.

”Kita melihat perkembangan saja. Kita ini kan butuh 200 ribu ton. Kita berharap, dari panen raya ini, kita bisa menyerap hingga memenuhi kebutuhan yang sudah kita targetkan itu,” tambahnya.

Karena itu, ia berharap agar harga gabah kering giling yang dijual petani tidak naik. ”Bulog itu kan menjaga harga gabah yang tidak membuat petani rugi. Tapi, kita berharap juga harga gabahnya tidak membuat konsumen mengalami tekanan terhadap harga yang terlalu tinggi,” ucapnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: