Geliat Bangun Kota Reog: Stop Ledakan di Gunung Sampung (4)

Geliat Bangun Kota Reog: Stop Ledakan di Gunung Sampung (4)

Pekerja pabrik batu gamping menyalakan ranting kayu putih di mulut tungku. -Boy Slamet/Harian Disway-

Gunung Gamping Sampung terus-terusan dikeruk untuk tambang. Hasilnya tak seberapa dan hanya dinikmati segelintir orang. Izin peledakan tak diperpanjang sejak Pemkab Ponorogo memutuskan pembangunan Monumen Peradaban Reog Ponorogo 2022. Kendati begitu, masih ada industri gamping yang bertahan. 

Dari bukit kapur Sampung, lansekap Ponorogo terlihat begitu indah. Di timur jauh, kemegahan Gunung Liman menjulang hijau. Cuaca pagi itu, Kamis, 6 April 2023 sedang sangat cerah. 

Di sisi barat bukit terdapat hutan belantara yang nantinya jadi penangkaran merak. Lebih jauh ke barat terdapat Gunung Lawu yang punya wisata Telaga Sarangan dan Grojogan Sewu. Kawasan wisata di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah itu cuma 25 menit dari Sampung. 

Tepat di bawah bukit, asap putih membubung tinggi. Tim penulis sempat mengira itu kebakaran. Namun, kata pekerja proyek Monumen Peradaban Reog Ponorogo, asap itu berasal dari industri batu gamping yang masih bertahan. 

Selama perjalanan menuju bukit, banyak tungku-tungku berdinding bata dan semen di kanan kiri jalan. Ada yang setinggi 5 meter. Ada pula yang dibangun di bawah permukaan tanah. Diameternya beragam: 3-4 meter. 

Saat perjalanan pulang, tim penulis menempuh jalur berbeda. Lewat jalan baru yang dibangun pemkab untuk jalur alat berat. Beberapa rumah dibebaskan demi akses proyek. 

BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Magnet Monumen Peradaban Reog Ponorogo (1)

BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Ubah Desain Monumen Peradaban (2)

Di tengah perjalanan seorang pria tua menyapa dengan ramah. Ia bersama lima pekerja sedang menumpuk batu di atas tungku. Kulit mereka mengilap terpapar matahari. Seharian mereka mandi keringat. Kaki dan tangan para pekerja juga penuh dengan butiran kapur. 

Rupanya mereka hendak membakar batu kapur mentah yang baru ditambang. Bongkahan kecil itu berasal dari tumpukan batu yang menggunung di pojok halaman pabrik. 


Bongkahan Batu ganping yang belum diproses. Sebelum dijual, Batu harus dikeringkan dengan cara dibakar. -Boy Slamet/Harian Disway-

Sebelum dibakar, kuli batu memecahkannya ke ukuran 5-10 centimeter. "Rata-rata peninggalan Belanda," ucap Bambang Triswanto yang meneruskan usaha pembakaran gamping itu. 

Bambang adalah putra Miskan, pria lanjut usia yang menyapa kami. Bambang tak tahu sudah generasi ke berapa yang meneruskan usaha tersebut. Yang jelas sejak era Belanda, kakeknya: Mbah Kusni sudah jadi juragan gamping. 

Sumber: