Geliat Bangun Kota Reog: Magnet Monumen Peradaban Reog Ponorogo (1)

Geliat Bangun Kota Reog: Magnet Monumen Peradaban Reog Ponorogo (1)

Pembangunan Monumen Peradaban Reog Ponorogo dimulai sejak Februari 2023.-Boy Slamet/Harian Disway-

Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko sering bilang begini: Kabupaten Ponorogo terisolasi secara geografis. Tidak dilewati Tol Trans Jawa maupun Jalur Lintas Selatan (JLS). Karena itu, Ponorogo harus menciptakan magnet sendiri untuk Bumi Reog. Maka, dibangunlah museum peradaban dengan patung terbesar di Indonesia. Berwujud dadak merak setinggi 126 meter. 

Topeng Dadak Merak Reog Ponorogo menempel di dinding belakang Pendapa Kabupaten Ponorogo. Bagian wajahnya terbuat dari kulit macan. Dihias kain merah-hitam di bagian bawah. Ratusan bulu merak menjulang setinggi dua setengah meter.

Di sisi berlawanan, terdapat gong, kendang, dan gamelan yang tertata rapi. Pesona peralatan Reog Ponorogo itu menarik pandangan setiap tamu yang datang. Kursi dan meja tamu ditata simetris dengan cahaya lampu putih yang memberikan kesan sejuk malam itu, Kamis, 6 April 2023. 

Ruang tamu belakang itu didesain terbuka. Angin bisa masuk tanpa permisi. Nuansanya makin sejuk dengan gemericik air kolam koi. Kata ajudan, Sugiri hampir setiap hari cangkrukan di sana. Betah sampai pagi.

Malam itu, Sugiri Sancoko baru pulang dari safari Bazar Ramadan. Wajahnya tak mungkin berbohong. Sudah sangat letih dan kurang tidur. ’’Isuk (pagi) keliling sahur on the road, sore keliling bazar Ramadan. Enggak ngerti sudah berapa ajudanku yang tumbang,” kata Sugiri sambil tekekeh. “Ayo mau tanya apa?” sambung Kang Giri, sapaan akrabnya.

Tentu ada banyak yang harus ditanyakan untuk Disway Series sepanjang 30 edisi ini. Namun, tema Reog Ponorogo ada di urutan wahid.


Taman Ragam Selaras karya arsitek Ar. Bramana Ajasmara Putra. Dengan tim Made Aryatirta Predana, Kadek Yuda Pramana, Putu Dharma Putra, Freddy yang menang sayembara desain Monumen Peradaban Reog Ponorogo.-Pemkab Ponorogo-

Setahun belakangan ribut-ribut soal reog jadi perhatian nasional. Publik Ponorogo marah. Pertama, reog tak masuk usul pemerintah ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage/ICH). Kalah sama jamu.

Kedua, Reog diklaim oleh Malaysia. Seni Reog ditampilkan Pekerja Migran Indonesia (PMI) TKI untuk mengisi kebosanan dan mengobati rasa kerinduan akan kampung halaman. Lha, kok malah diklaim.

Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta sudah dikonfirmasi. Mereka mengatakan bahwa Negeri Jiran belum mengajukan Reog ke UNESCO sebagai warisan budaya sendiri. Belum. Artinya sewaktu-waktu bisa diserobot.

“Yang jelas kami warga Ponorogo dan seniman reog di berbagai wilayah marah. Mangkel iku (jengkel itu, Red) pasti,” ujar Sugiri sambil membetulkan duduknya. Tubuhnya dicondongkan ke depan dengan sorot mata tajam. Cerita berlanjut.

Ia sempat kaget atas keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang lebih memilih jamu ketimbang kesenian adiluhung Reog Ponorogo untuk didaftarkan ke UNESCO.   

Ada tiga kriteria pengusulan sesuai petunjuk UNESCO. Kelompok prioritas yang pertama adalah berkas dari negara yang belum pernah sama sekali memiliki elemen yang terenskripsi. Kedua, terpilih atau pernah mendapatkan bantuan perlindungan internasional lebih dari USD 100.000 atau setara Rp 1,4 miliar. Ketiga, berkas nominasi yang masuk dalam daftar warisan budaya tak benda tersebut membutuhkan perlindungan mendesak.

Sumber: