Geliat Bangun Kota Reog: Ubah Desain Monumen Peradaban (2)

Geliat Bangun Kota Reog: Ubah Desain Monumen Peradaban (2)

Taman Ragam Selaras karya arsitek Ar. Bramana Ajasmara Putra. Dengan tim Made Aryatirta Predana, Kadek Yuda Pramana, Putu Dharma Putra, Freddy yang menang sayembara desain Monumen Peradaban Reog Ponorogo.-Pemkab Ponorogo-

Membangun Monumen Peradaban Reog Ponorogo bukan pekerjaan mudah. Arsitek, sipil, dan seniman harus berkolaborasi menciptakan patung tertinggi di Indonesia itu: 126 meter. Mengalahkan Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali dengan tinggi 121 meter.

Agenda Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko pagi itu sangat padat, Kamis, 6 April 2023. Ia harus menerima tamu dan rapat dengan jajaran. Maka, tim Harian Disway ucul. Meninggalkan pendapa untuk menuju ke barat laut Ponorogo.

Tujuan kami adalah Gunung Gamping di Kecamatan Sampung. Tempat kelahiran sang Bupati. Lokasinya dipilih bukan karena faktor kampung halaman sang kepala daerah. Namun, Sugiri menilai Sampung adalah wilayah wisata paling strategis di Ponorogo.

Lokasinya hanya 25 menit dari Telaga Sarangan di Magetan. Juga dekat dengan kawasan wisata Tawangmangu dan Wonogiri di Jawa tengah.

Jalan Raya Sampung yang menjadi akses utama ke gunung kapur sudah mulus. Dari jalan itu, kami belok ke selatan, melewati perkampungan dengan jalan sempit. Belakangan, kami tahu bahwa pemkab sudah membangunkan jalan yang lebih lebar. Seharusnya tidak perlu mblusuk masuk ke gang kecil itu.

Jalurnya menanjak sepanjang 200 meter lebih. Setelah kawasan permukiman, terdapat pos penjagaan. Ada seorang pekerja di sana. Pakaiannya sesuap SOP proyek. Pakai rompi hijau, helm, celana panjang dan sepatu safety.

BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Magnet Monumen Peradaban Reog Ponorogo (1)


Pintu masuk menuju lokasi proyek Monumen Peradaban Reog Ponorogo, 6 April 2023.-Boy Slamet/Harian Disway-

“Badhe tindak pundi (mau ke mana, Red), Pak?” tanya seorang pemuda yang berjaga dengan pandangan curiga. Ia tahu kami bukan orang dinas. Ia juga mendapat mandat, semua yang naik ke area proyek harus seizin Pemkab Ponorogo.

Pemuda itu mengeluarkan handphone dan menghubungi mandor proyek. Tak lama kemudian, datang seorang pria dari atas gunung dengan mengendarai sepeda motor. Kami menerangkan bahwa sudah dapat izin dari bupati. Cuma, memang tidak ada surat resminya.

Pria itu lantas menelepon seorang pejabat Dinas Pariwisata Ponorogo. Rupanya pejabat yang dihubungi mengenali kami. Maka, tanpa menunggu lebih lama, sang mandor langsung mengambilkan helm dan rompi proyek untuk tamu. “Mobilnya dibawa naik saja. Agak jauh dan puanaas!” ujarnya sambil geleng-geleng.

Sebenarnya untuk menuju ke lokasi proyek, kami bisa jalan kaki sejauh 300 meter. Namun, cuaca siang itu memang sangat ekstrem. Tak ada awan yang menghalangi sinar matahari. Angin pun tak ada.

Alat berat sudah mulai dioperasikan. Fokus mereka hari itu adalah mengebor fondasi gunung gamping. Pakai teknik bore pile di 92 titik. Siang itu mereka baru menyelesaikan 6 titik. Pekerjaan harus dikebut siang malam.

Sumber: