Geliat Bangun Kota Reog: Malioboro van Ponorogo (11)
Ratusan bohlam menghiasi jalan H.O.S Cokroaminoto Ponorogo. -Boy Slamet/Harian Disway-
Jalan HOS Cokroaminoto punya julukan Malioboro van Ponorogo. Jalan utama di tengah kota itu dipersempit. Jalur pedestrian-nya diperlebar mirip Malioboro di Jogjakarta. Revitalisasinya ajaib. Dilakukan super cepat, ketika duit APBD Ponorogo tersedot penanganan pandemi 2021.
—
“MENGKO dalu melu aku, ya (Nanti malam ikut aku, ya, Red)!” ucap Bupati Sugiri Sancoko ke tim penulis, Sabtu, 7 April 2023. Ia duduk di kursi favoritnya di halaman belakang pendapa. Sugiri menghadap ke halaman belakang, ke arah kandang merak, bebek, ayam kampung, serta kolam ikan koi dan lele.
Sisa air wudu masih membasahi rambutnya. Kang Giri baru menunaikan salat magrib di musala bersama ajudan, staf, dan beberapa tamu.
Namun malam itu, wajah sang bupati agak pucat. Tubuhnya yang selalu energik berubah lesu. Beberapa kali matanya terpejam dengan kepala mendongak ke langit-langit. Punggungnya menyandar ke kursi dengan posisi agak miring. Sepertinya, ia sedang puyeng (pusing).
BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: PR Tumbuhkan Mindset Wisata (10)
BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Problem Tambang di Ngebel (9)
Ia belum berbuka puasa setelah seharian keliling Pasar Ramadan di berbagai desa. Nafsu makannya hilang karena kurang enak badan. Ia meminta telur rebus setengah matang. Beberapa menit kemudian empat butir telur itu sudah ada di mejanya.
Telur ayam kampung itu hasil ternak sendiri. Dihidangkan di atas piring dan lepek kecil.
Sampai di sana, Sugiri belum menerangkan ke mana agendanya malam nanti? Apakah sama seperti sehari sebelumnya: Sahur on The Road? Kami tidak bertanya. Biar Kang Bupati berbuka puasa dulu.
“Kematengen iki (terlalu matang ini, Red),” ucap Sugiri sambil memperlihatkan telur yang sudah agak padat ke ajudan. Sugiri berharap dibuatkan telur yang agak kopyor. Direbus dalam beberapa detik saja. Namun telur telanjur matang. Ia tetap melahapnya pakai bubuk merica biar tidak mubazir.
Tugu Merak dengan warna warni lampu jadi ciri khas Jalan H.O.S Cokroaminoto Ponorogo. -Boy Slamet/Harian Disway-
“Nanti aku mau ke HOS Cokro. Ikut, ya!” pinta Sugiri sambil mengupas telur kedua. HOS Cokroaminoto adalah nama kawasan lawas di pusat kota reog yang sedang dikembangkan sebagai destinasi wisata di pusat kota. Nama jalan itu baru ditetapkan pada 5 Juli 2019, menggantikan nama Jalan Soekarno-Hatta. Semua dilakukan karena desakan dari para pemerhati sejarah.
Inti kritikan mereka: HOS Cokroaminoto lahir di Ponorogo. Ia diagungkan sebagai Pahlawan Nasional. Bahkan disebut sebagai guru para pemimpin pergerakan seperti, Soekarno, Semaoen, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Alimin, Musso, dan Tan Malaka. Mengapa ia terkesan dilupakan di tanah kelahirannya sendiri?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: