Geliat Bangun Kota Reog: Malioboro van Ponorogo (11)

Geliat Bangun Kota Reog: Malioboro van Ponorogo (11)

Ratusan bohlam menghiasi jalan H.O.S Cokroaminoto Ponorogo. -Boy Slamet/Harian Disway-

Maka, sebagai wujud penghormatan, nama pendiri Sarekat Islam itu diletakkan di pusat kota di era kepemimpinan Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni. Sugiri meneruskan penghormatan terhadap sang pahlawan dengan merevitalisasi kawasan tersebut.

Masalahnya, saat Sugiri dilantik, duit APBD sedang kering. “Aku dilantik, pandemi meledak. Terus terang pemkab enggak ada dana,” ucap mantan anggota DPRD Jatim 2009-2014 dan 2014-2015 itu.

BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Orkestra Alam Telaga Ngebel (8)

BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Bersaing dengan Bantul dan Solo (7)

Semua daerah juga merasakan hal yang sama. Begitu pelantikan kepala daerah serentak, mereka harus berhadapan dengan ancaman gelombang Covid-19 varian Delta yang paling mematikan. Duit pemerintah dialokasikan untuk penanganan kesehatan. Berbagai proyek pembangunan mati suri.

Dalam keadaan sulit itu muncul gagasan cerdas: Kawasan HOS Cokroaminoto dibangun secara gotong royong. Bank Jatim, BRI, BNI, NU, Muhammadiyah, Ponpes Gontor, BTN, koperasi, dan para pemilik pertokoan di jalan tersebut ikut menyumbang. Kalau dikeroyok bareng-bareng, bebannya terbagi rata. Rasa saling memilikinya juga makin kuat.

“Tak kasih DED (Detail Engineering Design, Red), terus tak bagi ruasnya. Ini mengerjakan sisi sini. Yang itu mengerjakan sisi sana,” lanjut Kang Giri. Total anggaran yang terkumpul mencapai Rp 5 miliar. Tak sepeser pun uang APBD mengucur untuk proyek tersebut.


Potret HOS Tjokroaminoto, karya Affandi, 80 x 60 cm, 1946, cat minyak di kanvas.-Kementerian Sekretariat Negara-

Revitalisasi dimulai dari perempatan Pasar Legi ke selatan dan berakhir di pertigaan Ngepos Ponorogo. Jalur pedestrian-nya diperluas. Jalan raya dengan lebar 17 meter dikepras jadi 12 meter. Cara itu juga dilakukan Pemkot Surabaya untuk mengembalikan pesona Jalan Tunjungan di era Wali Kota Tri Rismaharini.

Pohon-pohon sono yang menutupi fasad bangunan diganti tiang-tiang lampu klasik. Reklame-reklame yang dianggap mengganggu dibongkar agar wajah beberapa bangunan era Kolonial Belanda bisa eksis lagi.

BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Pemuda Gembong Bawono (6)

BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Reuni Akbar Seniman Tagih Janji Kemendikbud (5)

Saat malam tiba, pendar kuning lampu bohlam melintasi di atas jalan raya, menghubungkan bangunan di kanan kiri yang juga sudah bersolek. Muncul berbagai cafe kekinian yang ramai oleh remaja. Cafe-cafe itu tumbuh berdampingan dengan pedagang UMKM di tepi trotoar.

Hampir setiap malam Sugiri cangkrukan di sana. Duduk beralas tikar atau spanduk bekas. Dengan cara itu, ia menyerap dan menggali ide pengembangan Ponorogo.


Rutinitas Cangkrukan Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko di Jalan H.O.S Cokroaminoto. Selain menyapa warga, ia juga menggali ide dan masukan masyarakat. -Boy Slamet/Harian Disway-

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: