Bedhol Pusaka 2025: Prosesi Sakral Ponorogo Mengenang Sejarah dengan Arak Pusaka

Bedhol Pusaka 2025: Prosesi Sakral Ponorogo Mengenang Sejarah dengan Arak Pusaka

Pusaka yang diarak dalam prosesi Bedhol Pusaka 2025 yang digelar di Ponorogo, Rabu malam, 25 Juni 2025.-Boy Slamet-

PONOROGO, HARIAN DISWAY-Di selasar Pringgitan, kediaman Bupati PONOROGO, puluhan orang duduk bersila. Mereka mengenakan style baju panadon dan blangkon. Mereka duduk berbaris sejak Rabu malam, 25 Juni 2025.

Pukul 21.00 WIB, alunan galeman terdengar lembut. Disambung dengan daras tembang macapat yang dilantunkan secara bergantian. Ada 17 kabupaten dari berbagai daerah yang ikut dalam gelaran Bedhol Pusaka. Mulai dari berbagai daerah di Jatim hingga luar Jawa. "Bali, Lampung, dan Palembang juga datang," kata Penanggung Jawab Bedhol Pusoko 2025 Sunarso. 

BACA JUGA:Grebeg Suro 2025: Festival Reog Ponorogo Meriahkan Tradisi Leluhur

BACA JUGA:Perjalanan Panjang Reog Ponorogo, Sempat Diklaim Malaysia hingga Diakui UNESCO

Usia bergantian nembang selama dua jam, tibalah lima pusaka dari Pringgitan dikeluarkan oleh para bergada. Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko memimpin doa singkat. Kemudian lampu di sekitaran pendopo Kabupaten tiba-tiba padam.

"Tar... tar.. tarr..." suara memekakkan telinga memecah keheningan. Beberapa pengunjung tampak melompat. Kaget. Lalu menutup telinga.

Pecut samandiman terus menggeletar. Melayang ke udara dengan liukan tajam kemudian ujungnya menyentuh badan cambut. Lalu terdengar suara khas.

Dari kilatan flash kamera, tampak sepuluh orang berbaris. Mereka berpakaian warok. Sambil terus memutar-mutar cambuk sepanjang tiga meter. 

BACA JUGA:Gubernur Khofifah Sebut Museum Peradaban Reog Ponorogo sebagai Referensi Peradaban Bangsa

BACA JUGA:Khofifah Perjuangkan Reog Ponorogo Agar Diakui UNESCO Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Setelah gelegar cambuk bergantian terhenti, giliran  bunyi drum rampak berirama terdengar dari sebarisan pasukan. Yang membawa panji "Keraton Surakarta Hardiningrat".

Pasukan Keraton Solo itu memang menjadi pengawal setia dalam prosesi Bedhol Pusaka yang digelar sejak pertama kali, tahun 2016. 

Lampu minyak yang diangkat dua bergada keluar dari Pringgitan. Di tengahnya ada pasukan membawa masing-masing pusaka milik Ponorogo: Tombak Kyai Tunggul Nogo, Angkin Cindhe Puspito, dan Songsong Kyai Tunggul Wulung. Kemudian disusul dua pusaka lainnya Tombak Kyai Pamong Among Geni dan Tombak Kyai Bromo Geni.

"Yang tiga pusaka asli milik Ponorogo lama," kata Sunarso. 


Prosesi Bedhol Pusoko Ponorogo mengenang perpindahan pusat kota dengan arak-arakan pusaka.-Boy Slamet-

Sementara Tombak Kyai Pamong Among Geni hadiah dari Kabupaten Jepara.

Satu lagi, pusaka baru. Tombak Kyai Bromo Geni, yang menjadi maskot Grebeg Suro Ponorogo. "Baru diarak dua tahun ini," kata lelaki 57 tahun. 

Bedhol Pusaka sendiri merupakan upacara yang digelar oleh Kabupaten Ponorogo sejak 10 tahun lalu. Tujuannya tak lain adalah untuk mengenang perkembangan sejarah Ponorogo. Semula pusat Kota Ponorogo di wilayah Jetis, sekitar pasar Pon pada Tahun 1496. Kemudian berpindah ke tempat sekarang sejak 1738. "Acara ini untuk mengenang perpindahan kota lama menuju kota baru itu," terangnya. 

Untuk mengenang itu, Pemkab Ponorogo sepakat untuk mengadakan ritual Bedhol Pusaka. Dengan cara mengarak pusaka dengan cara berjalan topo bisu. Lampu dipadamkan, peserta berjalan berdiam. Rutenya dari Pringgitan menuju Makam Batoro Katong, pendiri Kabupaten Ponorogo.


Sugeng, 54,  peserta bedhol pusaka mengaku sudah mengikuti acara ini sejak 5 tahun lalu. Dia mengaku tak ada niat khusus untuk mengikuti ritual jalan kaki tengah malam sejauh 5 kilometer itu. Selain "nguri-nguri budaya jawi," katanya seraya tersenyum. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: