Pikun pada Lansia, Berikut Cara Penangangan bagi Pasien dan Keluarga

Pikun pada Lansia, Berikut Cara Penangangan bagi Pasien dan Keluarga

ILUSTRASI seorang lansia kesulitan mengingat sesuatu karena pikun.-Kindel Media-Pexels -

Oleh:
Dr dr Robert Arjuna, FEAS
Dokter dan penulis ilmu kesehatan

SUATU hari, saya bertamu ke rumah mantan kepala sekolah saya yang berusia 82 tahun. Pak Syaifullah namanya. Ia duduk di kursi malas seorang diri. Ketika dipanggil namanya, ia tak menyahut. Air liur membasahi mulut. Bau samar-samar air kencing melintas di hidung saya. Saya prihatin. Soalnya, dulu waktu saya masih SMA, beliau sangat aktif dan agresif. Saya terkejut, kepala sekolah saya yang terhormat kok jadi pikun begini? Apa itu pikun? Apa bedanya dengan demensia? Mari kita bahas.

Pikun dan Demensia

Pikun adalah kondisi ketika seseorang butuh waktu lebih lama untuk mengingat atau lupa dengan apa yang mereka lakukan sebelumnya. Seiring bertambah usia, perubahan muncul di semua bagian tubuh, termasuk otak. Sehingga pikun menjadi kondisi yang biasanya terjadi dalam proses penuaan. Lupa menaruk barang, tersesat ketika keluar rumah, hingga emosi yang naik-turun, menjadi gejala demensia yang sering dialami mereka yang sudah lanjut usia.

Demensia Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum ditemui di masyarakat. Di Indonesia, istilah yang paling dekat dengan demensia adalah pikun. Pikun biasanya identik dengan gangguan daya ingat.

BACA JUGA:Menjaga Berat Badan Anak Bisa Mengurangi Risiko Demensia Di Usia Tua

Namun, demensia tidak terbatas pada gangguan daya ingat saja. Penurunan fungsi kognitif/fungsi pikir yang terjadi akhirnya menyebabkan berbagai gangguan. Sulit membuat perencanaan dan keputusan, gangguan berbahasa, gangguan otak dalam memproses sinyal visual yang ditangkap oleh mata, dan lain sebagainya.

Pikun adalah sebutan awam untuk gejala kehilangan memori lupa pada orang usia lanjut. Sedangkan demensia adalah kumpulan gejala kehilangan memori, perubahan perilaku, penurunan fungsi kognitif akibat adanya penyakit atau trauma pada otak. Gejalanya antara lain:
1. Jika lupa akan diam,
2. Tersesat di tempat familiar,
3. Tidak bisa kembali ke rumah,
4. Tidak ingat hal penting yang baru terjadi,
5. Kehilangan minat dalam aktivitas sosial,
6. Perubahan perilaku,
7. Bertanya hal yang sama berulang ulang.

Jika hal-hal di atas terjadi pada orang-orang terdekat atau bahkan kita sendiri, kita harus waspada. Sebab, itu tandanya penyakit pikun sedang menyerang. Namum untuk menyakinkan bahwa kita menderita penyakit pikun, ada berapa hal yang harus diamati. Terutama jika beberapa hal di bawah ini mengikuti gejala utama:
1. Kebingungan,
2. Kesulitan melakukan tugas-tugas yang lazim,
3. Penurunan daya ingat: misalnya lupa nama, tempat menaruh benda,
4. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk,
5. Kehilangan pola tidur normal,
6. Kesulitan mengerjakan kebiasaan sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakaian, dll,
7. Tidak dapat mengingat kata-kata, nama benda-benda, atau memahami arti kata-kata umum,
8. Memburuknya kemampuan visual dan spasial, seperti menilai bentuk dan ukuran suatu benda,
9. Perubahan kepribadian dan perilaku penderita penyakit Alzheimer. Menjadi mudah marah, tersinggung, gelisah, atau jadi pendiam. Kadang-kadang, menjadi bingung, paranoid, atau ketakutan
    
Faktor Penyebab:

1. Penyebab Fisiologi:
a. Konsumsi zat terlarang dalam jangka panjang
b. Kekurangan vitamin B12
c. Gula darah rendah
d. Tumor otak (yang dapat diangkat)
e. Hidrosefalus tekanan normal
f.  Pendarahan kepala
g. Obesitas atau kolesterol tinggi
h. Merokok
 
2. Penyebab yang ditimbulkan oleh penyakit
a. Alzheimer: ditandai dengan perubahan perilaku akibat gangguan otak secara perlahan
b. Demensia Vaskular: menyebabkan kematian sel otak dan stroke
c. Demensia Lewy Body (Non Vaskular): menimbulkan halusinasi visual hingga gejala Parkinson
d. Demensia Frontotemporal (Non Vaskular): menimbulkan kelainan perilaku, bahasa, dan kesulitan berfikir.

Jenis-Jenis Demensia
    
Demensia Vaskular

Demensia vaskular yang disebut sebagai Alzheimer merupakan kepikunan yang disebabkan adanya sumbatan di pembuluh darah otak. Diperkirakan 75 persen Alzheimer disebabkan oleh stroke sumbatan. Sumbatan tersebut bisa total dan bisa sebagian. Kalau sumbatannya sedikit, maka orang dengan demensia kadang-kadang berperilaku baik. Tapi kadang perasaan dan perilakunya jelek.  

Kalau daerah yang tersumbat di bagian otak yang berhubungan dengan memori, maka budaya, bicara, etika, moral, maka fungsi yang berhubungan dengan ingatan, budaya, bicara, etika, moral ini akan terganggu atau tidak berfungsi. Stroke sumbatan ini panyebab paling banyak adalah hipertensi, kolesterol, diabetes mellitus, asam urat tinggi, kurang minum, hingga kurang olahraga.

Demensia Non Vaskular

Demensia non vaskular disebabkan oleh tumor otak, kanker otak, kekurangan vitamin, mineral, antioksidan, karena kebanyakan mengonsumsi alkohol, karena infeksi meningitis, encephalitis, pikiran kecewa, depresi dan obat-obatan.

Risiko Alzheimer:
1. Berusia lanjut (lebih dari 60 tahun)
2. Punya riwayat keluarga terkena Alzheimer
3. Penderita stroke
4. Gangguan jantung
5. Diabetes Mellitus
6. Cedera kepala/otak

Pencegahan
1. Hindari stress berlebihan
2. Perbanyak konsumsi ikan atau suplemen minyak ikan
3. Upayakan tidur yang cukup
4. Hindari minuman beralkohol dan makanan junk food
5. Melakukan aktivitas yang mengasah otak
6. Aktivitas fisik dan olahraga rutin agar jantung tetap sehat
7. Menurunkan/menjaga tekanan darah
8. Mengendalikan diabetes
9. Meningkatkan kualitas hidup
10. Diet sehat dan gizi seimbang (lebih banyak buah dan sayuran).

Diet Pikun
Buah dan sayuran berwarna oranye dan hijau seperti wortel terbukti bermanfaat untuk penundaan penurunan kognitif hingga 13 tahun lamanya. Antioksidan karotenoid yang dikandung buah dan sayur berwarna oranye dan hijau menghasilkan pigmen berwarna cerah pada buah dan sayur tertentu. Dan itu dapat membantu menetralkan radikal bebas (molekul-molekul yang bisa merusak sel-sel tubuh). Termasuk melindungi tubuh dari berbagai gangguan, misalnya kanker, diabetes. Sayuran berdaun hijau, wortel, labu, dan ubi jalar sarat karotenoid. Selain itu, mengajak otak untuk terus aktif mempertahankan ingatan hingga usia senja. Misalnya dengan mengerjakan teka-teki silang, membaca, serta menonton film detektif.

Tata Laksana Pikun

Bagi penderita
1. Menghindari perbedaan pendapat,
2. Melatih otak dengan permainan (interaksi sosial, mengembangkan hobi)
3. Memonitor kesehatan secara berkala
4. Menjauhi sikap negatif (mengkritik, julid, berdebat, memaksakan keinginan)
5. Bersikap tenang dan memaklumi
6. Memberikan penghargaan dan pujian kepada orang lain

Bagi keluarga
1. Bagi keluarga, perlakukan penderita demensia sebagai orang dewasa, bukan sebagai anak kecil,
2. Memberi kegiatan bersifat rekreatif, humor, dan menyenangkan,
3. Menciptakan lingkungan yang nyaman (tidak bising, penerangan cukup, lingkungan yang bersahabat),
4. Konseling intensif bagi anggota keluarga dan caregiver sangat diperlukan untuk mengatasi stres bagi penderita dan keluarga, serta mencari solusi atas masalah-masalah yang dihadapi.

Demikian sekilas info, semoga bermanfaat. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: