Akuntansi Tradisional vs Strategik

Akuntansi Tradisional vs Strategik

-Ilustrasi: Annisa Salsabila - Harian Disway-

Saat ini dunia bisnis telah berada di era Revolusi Industri 4.0 dan 5.0. Perusahaan-perusahaan didorong untuk beradaptasi dengan lingkungan bisnis kontemporer. Arah pengembangan akuntansi strategik tentu saja harus mengikuti pilihan-pilihan strategi perusahaan untuk menghadapi dinamika lingkungan bisnis baru. Perusahaan-perusahaan perlu beradaptasi dengan isu-isu kontemporer.

Tren baru dalam dunia bisnis setidaknya meliputi lima isu berikut ini. 

Pertama, sustainable development goals (SDGs)-United Nations yang merupakan agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memciptakan dunia yang lebih baik. 

Kedua, sustainability strategy, sustainability performance and reporting yang berfokus pada masyarakat, lingkungan hidup, dan ekonomi. Kinerja keberlanjutan organisasi (3-triple bottom line, 5-quintuple bottom line) menjadi isu penting para pemangku kepentingan, maka akuntansi strategik diperlukan terlibat dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. 

Adopsi sustainability strategy dan pelaporan korporasi kontemporer seperti environment, social, governance (ESG) reporting dan integrated reporting (IR) juga memerlukan keterlibatan akuntansi strategik secara mendalam. 

Ketiga, strategi digitalisasi yang merupakan strategi bisnis yang banyak diadopsi untuk meningkatkan keunggulan bersaing organisasi. Isu-isu Revolusi Industri 4.0 dan 5.0 (RI 4.0 dan 5.0) tentang integrasi cyber physical system (CPS) dengan internet of things (IOT), internet of services (IOS), big data, artificial intelligence (AI) telah mengubah peta bisnis yang harus diadaptasi oleh akuntansi strategik.

Keempat, strategi inovasi yang merupakan strategi bisnis yang juga banyak diadopsi perusahaan. Akuntansi perlu beradaptasi dengan beragam jenis strategi inovasi seperti strategi open innovation, value innovation, incremental innovation, green radical innovation, disruptive innovation sebagai upaya perusahaan untuk meningkatkan keunggulan bersaing.

Kelima, intellectual capital. Yaitu, strategi bisnis kontemporer yang diadopsi organisasi di Era RI 4.0 dan RI 5.0 yang memerlukan kesiapan modal intelektual. Modal intelektual yang terdiri atas human capital, structural capital, dan relational capital perlu disiapkan selaras dengan strategi yang diadopsi organisasi. Hal tersebut memerlukan peran aktif akuntansi strategik. 

Kesimpulannya, untuk bertahan hidup dan berkembang, perusahaan-perusahaan yang hidup di lingkungan Revolusi Industri 4.0 dan 5.0 tidak bisa lagi hanya menggunakan ukuran-ukuran keuangan yang diciptakan di masa lalu.

Perusahaan-perusahaan kontemporer perlu menggunakan ukuran-ukuran kinerja berdasar strategi berbasis aset pengetahuan. (*)

 

 


Noorlailie Soewarno--

*) Guru besar ilmu akuntansi manajemen strategik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: