Jokowi Kembali Serukan Penghentian Kekerasan di Myanmar

Jokowi Kembali Serukan Penghentian Kekerasan di Myanmar

Presiden Jokowi dalam konferensi pers di Hotel Meruorah, Labuan Bajo dalam persiapan gladi KTT ASEAN ke 42-Setpres-

MANGGARAI BARAT, HARIAN DISWAY – Presiden Jokowi kembali menyuarakan agar kekerasan dalam konflik di Myanmar segera diakhiri. Menurutnya, situasi di negara tersebut saat ini tidak membuat pihak mana pun menang, tapi hanya membuat rakyat menjadi korban.

"Rakyat yang akan menjadi korban karena kondisi ini tidak akan membuat siapapun menang. Saya mengajak marilah kita duduk bersama, ciptakan ruang dialog untuk mencari solusi bersama," kata Jokowi di Labuan Bajo, Senin, 5 Mei 2023.  

Untuk itu, Jokowi akan menggunakan keketuaan Indonesia di ASEAN pada tahun ini untuk terus mendorong implementasi dari lima poin kesepakatan atau "Five-Point Consensus". Salah satu poin dalam kesepakatan tersebut adalah berkaitan dengan bantuan kemanusiaan.

BACA JUGA:Perlindungan WNI Masih Isu Utama di KTT ASEAN

BACA JUGA:Forum ASEAN Socio-Cultural Community Sepakati Sistem Kesehatan dan Perlindungan Migran.

Menurut Jokowi, beberapa upaya telah dilakukan oleh Indonesia dan melalui keketuaannya di ASEAN untuk memfasilitasi The ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre). 

Setelah tertunda cukup lama karena masalah akses, Presiden menyatakan, joint needs assesment mampu diselesaikan.

"Ini masalahnya adalah masalah akses. Kemarin, AHA Center didampingi tim monitoring ASEAN akan menyerahkan bantuan kemanusiaan, tetapi sangat disayangkan di tengah perjalanan terjadi baku tembak," ucap Kepala Negara.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi juga telah menjelaskan bahwa ada dua tahap bantuan kemanusiaan untuk Myanmar. 

BACA JUGA:Indonesia Bawa Isu Perdagangan Manusia ke KTT ASEAN

BACA JUGA:Adukan THR Tertunda, Delapan Orang Di-PHK

Tahap pertama terkait dengan life saving, telah selesai dilakukan karena terkait dengan bantuan penanggulangan COVID-19, dan tahap kedua life sustaining.

"Tahap kedua ini sempat alami hambatan karena kurangnya akses kepada AHA Centre untuk menjangkau penduduk yang memerlukan terutama di wilayah-wilayah yang di luar kontrol militer Myanmar," ujar Retno.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: