Geliat Bangun Kota Reog: Ponorogo Tak Melulu Sate dan Pecel (28)

Geliat Bangun Kota Reog: Ponorogo Tak Melulu Sate dan Pecel (28)

Pecel Widyawati di Wagir Kidul, Kecamatan Pulung, Ponorogo jadi favorit warga setempat dan warga yang melintas.-Boy Slamet/Harian Disway-

Tak hanya pecel yang menjamur di bumi reog. Sate khas Ponorogo juga jadi salah satu daya tarik wisata. Sampai-sampai ada gang dan kampung sate. Tiga jenis sate, di satu kabupaten. Yakni, Gang Sate Nologaten, Purbosuman, dan Sentono.

Ada yang bilang, sate asli Ponorogo ada di Jalan Lawu Nologaten. Ada beberapa nama tenar di sana: sate ayam Pak Tukri Sobikun, De Sur, Imun, dan Slamet. Bentuknya mirip. Sate disajikan dalam irisan pipih, lebar, dan panjang. Sambalnya lembut seperti bumbu gado-gado. 

Kampung Sate Purbosuman di Kecamatan Siman tak mau kalah. Daging ayamnya juga pipih. Mereka berjualan di Bunderan Ngepos, Ponorogo, yang terkenal dengan sate Pak Bagong. Harganya lebih murah karena ukuran daging ayamnya tidak sebesar sate Nologaten. 

Kampung Sate Sentono di Kecamatan Jenangan juga punya pesona tersendiri. Lokasinya tak jauh dari makam pendiri Ponorogo, Bathara Katong, yang juga merupakan anak Brawijaya V. Ukuran satenya lebih kecil lagi. Paling murah. 

Anda pilih yang mana? Coba saja satu per satu. Yang jelas, tiga kampung sate sudah terjamin kualitasnya. Kalau tidak enak, tidak mungkin satu kampung jualan sate. 

Apa bedanya dengan sate Madura? Sate asal Ponorogo direndam dengan rempah-rempah dan campuran gula merah. Makanya, warnanya lebih cerah ketimbang sate Madura yang mengandalkan kecap. Sate Ponorogo juga bisa bertahan hingga tiga hari tanpa masuk lemari pendingin. Karena itu, sate Ponorogo jadi oleh-oleh favorit.


Ayam Kampung Mbok Mi berada di Desa Babadan Ponorogo jadi langganan pejabat.-Salman Muhiddin/Harian Disway-

Koordinator Asistensi Reog Ponorogo untuk UNESCO Prof Hamy Wahjunianto hampir setiap pekan ke Ponorogo. Awalnya ia selalu makan sate dan pecel. Namun, banyak pejabat pemkab yang menunjukkan hidden gem kuliner di bumi reog. ”Salah satunya warung Mbok Mi di Jalan Ponorogo-Madiun. Tempatnya nyelempit (tersembunyi), tapi ngangeni (bikin kangen),” ujar mantan anggota DPRD Jatim itu.

BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Tuntaskan Proyek Bandung Bondowoso (26)

BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Fokus Perbaiki Jalan Poros Desa (27)

Prof Hamy mengajak penulis ke warung sederhana itu Selasa, 9 Mei 2023. Rupanya banyak mobil pelat merah yang berjajar di jam makan siang. Menu andalannya adalah ayam kampung ungkep. Pembeli bakal dapat sayur lodeh dan rebusan daun singkong sebagai pelengkap.

”Ayamnya empuk, tapi ati-ati sambel bawangnya,” gurau Hamy sambil menyodorkan mangkuk sambal yang menggugah selera itu. Menurutnya, masih banyak lokasi kuliner Ponorogo yang jarang orang tahu. Kalau bingung, mampir saja ke kantor kecamatan atau kelurahan yang masih buka. Tanyakan kuliner yang enak di wilayah tersebut. Hamy menjamin, rekomendasi orang pemkab tak akan meleset.

Minuman khas yang disajikan juga menggugah selera: es kunyit asam. Kami memesan minuman dua kali karena ketagihan. 

Usai makan siang, Hami mengatakan potensi wisata dan kuliner Ponorogo begitu kaya. Jadi magnet kuat untuk mendukung kebijakan pariwisata Ponorogo yang kini diprioritaskan. Ia percaya, di tangan sahabat karibnya, Kang Giri, kota reog bisa mewujudkan jargon yang selama ini didengungkan: Ponorogo Hebat! (Salman Muhiddin)

Pasar Tradisional Rasa Mal, baca besok!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: