Jangan Sampai Anda Dibunuh

Jangan Sampai Anda Dibunuh

Ilustrasi kasus mutilasi Irwan Hutagalung di Semarang.--

Lantas, ia menemukan momentum pada Kamis, 4 Mei 2023, pukul 20.00 WIB, saat Irwan sedang tidur pulas dan Husen punya akses masuk kamar. Di situ ia menusuk kepala korban dengan linggis dua kali. Korban masih hidup, kondisi pingsan. Terbukti pengakuan Husen: ”Ia seperti tidur mengorok.”

Kemudian, Husen menyeret tubuh korban ke gang sempit rumah. Lalu ditinggal, minum miras di seberang rumah korban. Sekitar delapan jam kemudian, Jumat, 5 Mei 2023, pukul 04.00 WIB, Husen memutilasi korban yang juga masih kondisi hidup. Ditandai suara mengorok seperti orang tidur.

Husen, mengaku ke polisi, tidak bisa mengundurkan diri (resign) dari kerjaan. Sebab, KTP ditahan Irwan. ”Saya diancam, kalau saya keluar akan dihabisi.”

Pengakuan itu masih disidik polisi. Belum tentu benar.

Viktimologi adalah ilmu yang mempelajari tentang korban. Bagian dari kriminologi. Kalau kriminologi fokus mempelajari tentang pelaku kejahatan, viktimologi mempelajari tentang korban kejahatan. 

Tujuan kriminologi, orang tidak jadi penjahat. Viktimologi adalah ilmu baru. Tujuannya, orang tidak jadi korban kejahatan. Ada kalanya, orang tidak sadar melakukan sesuatu yang berpotensi jadi korban kejahatan. Namun, kesalahan korban sama sekali bukan jadi pemaaf dari tindak kejahatan, apalagi pembunuhan.

Martin F. Wolfgang dalam bukunya yang bertajuk Victim Precipitated Criminal Homicide (1957) menyatakan, semua korban pembunuhan tidak menyadari bahwa tindakannya memicu pembunuhan itu sendiri. Calon korban punya karakter, tindakan, juga situasi kondisi yang mengarah terjadinya pembunuhan.

Seumpama waktu bisa diputar balik dan korban paham sedikit saja ilmu viktimologi, ia bisa terhindar jadi korban pembunuhan. Tentu, waktu tidak mungkin diputar balik, Maka, viktimologi jadi bahan pelajaran berharga bagi masyarakat agar tidak jadi korban pembunuhan.

Wolfgang menyebutnya sebagai victim precipitation theory. Kalau diterjemahkan jadi teori pengendapan korban. Tapi, jadi membingungkan. Maka, disebut saja victim precipitation theory (VPT). 

Inti VPT, sebelum terjadi pembunuhan, calon korban melakukan kesalahan secara tidak disadari, bahwa karakter dan perilakunya bisa membuat ia jadi korban pembunuhan.

Di ilmu kedokteran, etiologi adalah penyebab dari suatu penyakit atau gangguan kesehatan. Orang tidak tiba-tiba sakit, tapi ada penyebab sebelum terjadi sakit. Penyebabnya beragam. Di antaranya, dari perilaku orang tersebut yang tidak disadari menyebabkan ia sakit. 

Meski penting dari sudut pandang etiologi, VPT sangat kontroversial. VPT dianggap sebagai upaya terselubung untuk menyalahkan korban. Selain itu, penelitian yang mengkaji konsep VPT dikritik karena mengandalkan metodologi yang buruk.

Wolfgang mencetuskan VPT berdasar riset kriminologi. Pada 1957 ia mengumpulkan data resmi tentang 588 pembunuhan yang terjadi selama 4 tahun di Philadelphia, Amerika Serikat (AS). Ia menemukan bahwa hampir 26 persen (150 pembunuhan) sesuai dengan definisi VPT. Itu teori berbasis riset.

Dalam kriminologi, VPT terus jadi perdebatan. Dikritik, namun ada juga pendukungnya. Logika VPT dapat dipandang sebagai menyalahkan korban. 

Ahli teori feminis, Prof Menachem Amir, pada 1968 mengutuk argumen VPT. Terutama, klaim VPT bahwa satu dari lima pemerkosaan adalah VPT. Atau, korban secara tidak sadar memicu terjadinya permekosaan. Menurut Amir, itu membebani korban dan membuat mereka enggan mengejar keadilan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: