Wujudkan Entrepreneurship University
SEBANYAK 50 anggota Senat Akademik Universitas Airlangga mengadakan rapat pleno pada 15 Mei 2023. - Pusat Komunikasi dan Informasi Publik Unair untuk Harian Disway-
PERTENGAHAN Mei 2023, Senat Akademik Universitas Airlangga kembali menggelar rapat pleno di Hotel Western Premier Panbil, Batam. Rapat yang digelar pada 15 Mei 2023 itu diikuti 50 anggota senat.
Rapat dipimpin langsung oleh Ketua Senat Prof Djoko Santoso. Rapat pleno kali ini mengundang dua narasumber, yaitu Rektor Universitas Airlangga Prof Mohammad Nasih dan Dekan School of Management University Sains Malaysia Prof Noor Nazlina Ahmad.
Ketua Senat Akademik Universitas Airlangga Prof Djoko Santoso dalam sambutan pembukaan rapat pleno menyampaikan arti penting dan upaya apa yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan entrepreneur university. Disadari bahwa di tengah upaya untuk mengejar kenaikan peringkat perguruan tinggi yang makin baik di dunia internasional, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah bagaimana memastikan kualitas lulusan perguruan tinggi dapat terserap pasar kerja.
Selain membutuhkan komitmen pimpinan perguruan tinggi untuk selalu memastikan kualitas lulusan yang dibutuhkan pasar, yang tak kalah penting adalah kepekaan terhadap tuntutan pasar kerja dan pembangunan. Walaupun bukan hal yang mudah, mewujudkan entrepreneurship university adalah sebuah keniscayaan.
Problema Lulusan
Membangun entrepreneur university di era masyarakat post-industrial adalah sebuah proses panjang. Mewujudkan cita-cita mulia itu tidak mungkin dilakukan secara instan. Namun, harus melalui perencanaan yang matang dan komitmen semua pihak terhadap kegiatan tridarma perguruan tinggi.
Ketika aktivitas perekonomian berkembang luar biasa pesat, produk yang dihasilkan perguruan tinggi harus mampu melayani kebutuhan dan tuntutan pasar kerja. Untuk kampus yang bersikap soliter dan tidak mengembangkan program link and match dengan dunia industri, jangan heran jika produk yang dihasilkan akan tersisih dari perebutan pasar kerja yang makin kompetitif.
Rektor Universitas Airlangga Prof Mohammad Nasih dalam rapat pleno Senat Akademik Universitas Airlangga memaparkan makalah berjudul Kebijakan Penguatan Pengelolaan Teaching and Learning Berbasis Excellence Outcome untuk mencapai Universitas Airlangga Entrepreneur University.
Untuk mewujudkan entrepreneur university, menurut Nasih, yang dibutuhkan bukan hanya increased funding, yakni dukungan pendanaan dari sektor privat maupun pemerintah. Tetapi, juga didukung inovasi research dan stronger industry partnership. Perguruan tinggi diharapkan mampu melahirkan hasil-hasil penelitian yang benar-benar inovatif dan berdampak nyata bagi masyarakat dan dunia industri. Selain itu, perguruan tinggi memerlukan dukungan dan kerja sama yang erat dengan dunia industri yang sifatnya simbiosis mutualisme.
Perlu disadari bersama: berbeda dengan sektor informal, dunia industri –khususnya sektor perekonomian firma– memiliki tuntutan kualifikasi dan persyaratan tersendiri terhadap tenaga kerja yang dibutuhkan. Perguruan tinggi yang hanya fokus meningkatkan jumlah lulusan, tetapi tidak diimbangi dengan kualitas lulusan yang mumpuni, niscaya akan ditinggal pasar. Memahami kebutuhan pasar kerja dan mengisi kebutuhan itu dengan lulusan yang berkualitas adalah basis dasar dari kinerja perguruan tinggi.
Di Indonesia, menurut menteri ketenegakerjaan, sekitar 12 persen penganggur saat ini didominasi lulusan sarjana dan diploma. Menurut data, besarnya jumlah penganggur dari lulusan perguruan tinggi itu disebabkan tidak adanya link and match antara perguruan tinggi dan pasar kerja.
Setelah menghabiskan banyak dana dan waktu hingga lebih dari empat tahun untuk menyelesaikan kuliah, bukannya dapat segera bekerja, dalam kenyataan justru yang terjadi tidak sedikit lulusan perguruan tinggi yang masuk daftar pengangguran yang terus bertambah. Di Indonesia, ada indikasi fenomena sarjana pengangguran makin mencemaskan.
Tidak sedikit sarjana menganggur selain disebabkan kurangnya pengalaman dan kondisi jumlah pencari kerja yang terus bertambah, tetapi juga karena persoalan internal lulusan itu sendiri. Bukan rahasia lagi bahwa lulusan perguruan tinggi kerap kali gagal terserap dalam pasar kerja karena kurangnya akses terhadap informasi pasar kerja. Meski, era masyarakat digital seharusnya memudahkan netizen untuk mengakses informasi pasar kerja. Namun, karena digital divide dan karena keterbatasan akses pada internet, sebagian lulusan lebih banyak mengandalkan informasi offline.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: