Cute Aggression: Alasan Manusia Ingin Mencubit dan Menggigit Obyek yang Menggemaskan

Cute Aggression: Alasan Manusia Ingin Mencubit dan Menggigit Obyek yang Menggemaskan

HARIAN DISWAY - Pernahkah Anda merasa gemas saat melihat kucing kecil hingga rasanya ingin memeluk, mencubit, sampai menggigit? Jika iya tenanglah! Anda sedang mengalami fenomena cute aggression yang umum terjadi pada manusia. Seperti apa penjelasannya?

 

Dr Oriana Aragón dari Clemson University, Karolina Selatan, mendefinisikan Cute Aggression sebagai respon agresivitas manusia terhadap hal-hal yang lucu atau menggemaskan. Oriana menjelaskan bahwa fenomena ini banyak dialami oleh 50–60 persen manusia. Sebelum itu, mari kenali bagaimana manusia mendefinisikan sesuatu yang menggemaskan atau lucu.

 


Ilustrasi anjing lucu-instagram-@tadashi_the_shiba

 

Bagaimana manusia mendefinisikan ‘Cute’?

Konrad Lorenz, salah satu ilmuwan psikologi hewan, menciptakan Baby Schema (skema bayi) pada 1943. Skema tersebut mengidentifikasikan ciri-ciri utama dari seorang bayi yang sering diasosiasikan dengan kegemasan, kelucuan, atau keimutan. Di antaranya adalah:

  • Pipi yang tembam.

  • Mata yang besar.

  • Anggota badan yang mungil (kaki atau tangan).

 

BACA JUGA:Serba Serbi Mengorok, Bagaimana Menyembuhkannya?

BACA JUGA:6 Manfaat Diet Mediterania Bagi Kesehatan, Bisa Cegah Diabetes Sampai Alzheimer

 

Karakteristik fisik itu pula banyak dihubungkan dengan bayi-bayi hewan. Sebaliknya, hewan-hewan dengan karakteristik fisik yang berlawanan sering dianggap tidak lucu atau bahkan menyeramkan. Jadi, jangan heran kalau ada orang yang merasa kucing itu lucu hanya saat masih bayi saja dan mulai menyeramkan saat sudah beranjak dewasa.

 

Hal-hal lucu dan imut itu juga berpengaruh pada perilaku manusia, lo. Penelitian menunjukkan kecenderungan manusia yang lebih lama dan lebih sering melihat foto atau video jika mengandung skema bayi.

 

Proses itu juga merangsang reaksi pada bagian otak yang berhubungan dengan emosi dan rasa apresiasi. Makanya tak jarang iklan sengaja memasukkan visual imut untuk meningkatkan kesempatan dilihat oleh audiens.

 


Ilustrasi anak kucing menggemaskan-twitter-@flyingpetclinic

 

Lalu, bagaimana Cute Aggression bisa terjadi?

Lorenz menyatakan bahwa hal-hal yang lucu, imut, atau menggemaskan akan mendorong keinginan manusia untuk merawat dan mengasuhnya. Itu terjadi karena adanya asosiasi kelucuan (yang didasari skema bayi) dengan sifat bayi yang tak berdaya. Jadi saat melihat kucing kecil atau hewan lain, rasanya seperti ingin membawa pulang atau langsung diadopsi jadi peliharaan.

 

Meski begitu, mengapa perasaan agresif tetap muncul, ya? Perlu diingat, cute aggression sama sekali tidak berhubungan dengan niat sungguhan untuk menyakiti sesuatu. Justru, sebenarnya cute aggression merupakan hasil dari emosi dalam otak manusia yang berlebihan. 

 

BACA JUGA:Tiga Selebriti ini Berpenampilan Ala Kucing Karl Lagerfeld di Met Gala 2023

BACA JUGA:Cara Memulai Diet Mediterania

 

Ilmuwan meyakini bahwa sesuatu yang imut membangkitkan begitu banyak emosi positif hingga rasanya seperti keteteran. Tendensi agresif itulah yang akan mengimbangi emosi positif tersebut agar otak manusia tidak kewalahan. Ingat! Sebatas tendensi dan bukan sungguh-sungguh ingin menyakiti makhluk lain, lho.


Jadi sekarang Anda tidak perlu khawatir lagi saat merasakan tendensi agresif saat melihat hal-hal yang imut, lucu, dan menggemaskan. Selama perilaku agresivitas tidak destruktif dan merugikan makhluk lainnya, itu masih dalam batas normal. (Dara Nabila Salsabyla)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: ted-ed