Paris St-Germain Raih Gelar Ligue 1 ke-11 di Tengah Kekacauan: Duet Messi, Neymar, dan Mbappe Bakal Buyar
Libas Lens 3-1, PSG Menatap Juara Ligue 1-Istimewa-@PSG
HARIAN DISWAY - Sejarah olahraga biasanya tercipta di puncak karier atau akhir musim yang indah - hasil dari sesuatu yang istimewa. Namun, bagi Paris St-Germain, hal tersebut berlaku sebaliknya karena gelar Ligue 1 ke-11 mereka diraih di tengah latar belakang yang sulit, tegang, dan penuh drama.
Mereka menjadi klub Prancis pertama yang memenangkan 11 gelar liga, satu lebih banyak dari Saint-Etienne. Namun, perjalanan mereka musim ini begitu berat sehingga kepuasan dan rasa bangga yang biasanya dirasakan tidak mencapai tingkat yang seharusnya.
Sekarang, setelah mengamankan gelar dengan hasil imbang 1-1 melawan Strasbourg, Paris St-Germain menghadapi musim panas yang penuh ketidakpastian dengan kepergian manajer Christophe Galtier, pemain bintang yang akan hengkang, dan filosofi baru di sekitar klub.
BACA JUGA:Daftar 26 Pemain Indonesia untuk FIFA Matchday Lawan Palestina dan Argentina
BACA JUGA:Keluarga Glazer Tunda Penjualan Manchester United, Harga Lebih Mahal Jika Menang Piala FA
Sembilan dari 11 gelar PSG diraih dalam 12 tahun terakhir. Dominasi mereka mungkin tidak sebanding dengan Bayern Munich di Jerman yang meraih 11 gelar secara beruntun, atau Juventus di Italia yang meraih sembilan gelar beruntun hingga 2020. Sejak mendatangkan Oliver Giroud, Kylian Mbappe, Neymar, Nicolas Pepe, Lionel Messi, dan Sergio Ramos, tak ada yang bisa mengganggu dominasi PSG.
Lens dan Marseille memberikan perlawanan sengit kepada Paris musim ini, dan hingga beberapa minggu lalu, mereka bahkan terlihat mampu mengalahkan PSG, sebagian karena ini bukanlah tahun yang baik bagi Paris St-Germain, baik di dalam maupun di luar lapangan.
Superbintang sepak bola dunia Lionel Messi mendapatkan sanksi indisipliner dari klubnya Paris Saint-Germain. Sanksi itu diberikan karena perjalanan tanpa izin ke Timur Tengah. Hingga saat ini Messi membiarkan statusnya mengambang di PSG.--
Ruang ganti terguncang oleh ketidakdisiplinan Messi, Mbappe, dan Neymar. Semua tahu itu. Penyerang PSG tidak akur.
Galtier ditunjuk sebagai manajer musim panas lalu untuk menggantikan Mauricio Pochettino, dan meski memiliki paruh pertama musim yang bagus di mana timnya tidak terkalahkan hingga jeda Piala Dunia, mereka ambruk di awal tahun 2023 dengan delapan kekalahan dalam 19 pertandingan awal musim.
Secara keseluruhan, mantan pelatih kepala Lille itu tidak terlihat cukup baik. Ia tidak membangun apa pun dengan tim, tidak ada gaya bermain yang khas. Ia nampak kesulitan mengendalikan kapal berisi superstar.
Ia hanya menggunakan taktik: berikan bola kepada Messi, Neymar, dan Mbappe (MNM) dan mereka akan menyelesaikannya. Tak perlu diragukan, tiga pemain itu bisa melakukan hal-hal magis dalam mencetak angka.
Messi mencetak 16 gol dan 16 assist dalam 31 pertandingan Ligue 1. Neymar: 13 gol dan 11 assist dalam 20 pertandingan. SEdangkan Mbappe mencetak 28 gol dan 5 assist dalam 33.
Secara teori dan dalam momen-momen brilian dan hebat, mereka adalah salah satu trio depan terhebat yang pernah ada. Namun, realitasnya sangat berbeda. MNM juga membuat tim menjadi tidak seimbang, tidak mampu menekan lawan, dan tidak terpadu. Bayern Munich menghukum mereka dengan skor agregat 3-0 di babak 16 besar Liga Champions, dan saingan bebuyutan mereka, Marseille, mengalahkan mereka 2-1 di babak 16 besar Piala Prancis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: