Keluarga Artawa Paparkan Pakem Menari Barong

Keluarga Artawa Paparkan Pakem Menari Barong

Wayan Suartawan (kiri) dan ayahnya, I Nyoman Artawa (kanan). Dua generasi penari barong, penerus ketokohan maestro I Made Kerse.-Julian Romadhon-

BALI, HARIAN DISWAY - Rumah yang terletak di Gang Nakula nomor 12, Desa Buruan, Blahbatuh, Bali itu, terlihat seperti rumah masyarakat Bali pada umumnya. Namun rumah itu memiliki sejarah panjang, yang melahirkan penari barong tiga generasi.

Masyarakat Bali mengenal mendiang I Made Kerse. Maestro seni barong dari desa itu. Kini, kemampuan itu diturunkan oleh puteranya, I Nyoman Artawa dan cucunya, Wayan Suartawan. Keluarga itu memiliki tiga koleksi piranti barong milik pribadi.

Barong ketet atau piranti yang ditarikan dua orang, memiliki bobot 50 kilogram. Barong tersebut khusus dimainkan dalam upacara-upacara sakral di pura. Sedangkan barong butut, ditarikan oleh satu penari saja. Barong itu hanya dimainkan untuk kepentingan hiburan saja.

"Jadi, barong itu mahluk mitologi Bali. Gabungan dari harimau, singa dan lembu. Bulunya seperti singa. Wajahnya seperti harimau, tapi matanya seperti lembu," ujar Suartawan. Ia menyentuh beberapa helai bulu piranti barong itu. Menjuntai berwarna putih kekuning-kuningan. Dibuat dari sulur-sulur daun pohon parasok atau pandan Bali.

Suartawan menyebut, bahwa dalam tari barong terdapat tiga jenis pementasan. Pertama, pailah baris. Yakni tarian dengan musik gamelan 8 ketukan. Kedua, pailah topeng, dengan gamelan 16 ketukan. Ketiga, pailah condong. Musiknya cenderung bebas. Bisa berubah-ubah atau lebih variatif.

"Dalam menari barong terdapat pakem bermain yang terdiri dari 3 bagian. Papeson, pengawak dan pekaan," ujar pria 27 tahun itu. Papeson artinya tahap awal kemunculan barong. Terdapat tarian khusus dalam tahap itu. Sedangkan pengawak, adalah jenis tarian bagian dua, atau tahapan pertengahan. Lalu pekaan. Yakni tarian terakhir untuk memungkasi pertunjukan barong.

Untuk menguasai tahapan-tahapan itu, perlu proses panjang. Hingga kini Suartawan merasa masih dalam tahap belajar. Meski ia telah dianggap memiliki kemampuan yang hampir menyamai maestro Kerse dan ayahnya, Artawa.

"Selain belajar dari ayah, saya juga belajar dengan maestro barong di Peliatan. Namanya Bapak Tjokorda Bagus. Untuk lebih memperdalam ilmu saya," ungkapnya. Dengan kemampuan menari barong, ia ingin membawa seni itu dalam ranah internasional. Seperti dilakukan mendiang Kerse dan ayahnya.

"Kakek bersama ayah dulu pernah keliling Eropa dan Asia. Menari barong. Nama beliau berdua memang sudah dikenal sampai manca negara. Kelak saya akan membawa tarian ini ke dunia internasional juga," pungkasnya. Di tangan keluarga Artawa, seni barong di Bali dapat tetap hidup dan semakin banyak peminatnya. Bahkan dari kalangan generasi muda. (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: