Harmoni di Pohon Harapan dalam Vesak Festival 2023 di Tunjungan Plaza 3 Surabaya

Harmoni di Pohon Harapan dalam Vesak Festival 2023 di Tunjungan Plaza 3 Surabaya

Seorang pengunjung menggantungkan kertas harapan. Memotivasi diri sekaligus berdoa, agar cita-cita itu dapat tercapai. -Sahirol Layeli-

HARIAN DISWAY - Menyambut Hari Raya Waisak, pemuda dari Young Buddhist Associaton menggelar Vesak Festival 2023. Mereka memajang patung Buddha raksasa di lantai dasar Tunjungan Plaza 3, Surabaya yang berhasil mencatat rekor MURI.
 
Beberapa pengunjung menulis harapan masing-masing di kertas berwarna yang disiapkan di meja melingkar. Sudut timur kompleks lantai dasar Tunjungan Plaza 3. Di situ dibuat semacam pohon harapan. Benang-benang putih menjuntai. Jika telah selesai menulis, pengunjung dapat menggantungkan kertas mereka ke tiap ujung benang.
 
Seperti Eliza Ernawati, yang datang bersama puteranya. Dia mendorong puteranya itu untuk menulis harapan dan menggantungkannya pada benang-benang itu. "Untuk memotivasi agar ia punya cita-cita. Juga agar ia tetap bersemangat mengejar cita-citanya," ungkapnya.
 
Eliza adalah salah satu dari ratusan pengunjung yang hadir di Vesak Festival 2023. Acara itu diinisiasi oleh Young Buddhist Association (YBA). Festival tahunan yang rutin digelar di Tunjungan Plaza. Tahun ini, mereka menghadirkan pula rupang atau patung Buddha setinggi 12,3 meter. 
 
Berwarna emas, dengan posisi tangan mudra vitarka. Ujung jari telunjuk dan ibu jari bertemu, seperti membentuk lingkaran. Sedangkan jari tengah, jari manis dan kelingking dalam posisi berdiri. Mudra vitarka melambangkan Sang Buddha sedang mengajar murid-muridnya. Sebagai sebuah transmisi dharma, atau ajaran kebenaran Buddha. 
 
Posisi kaki patung tersebut digambarkan sedang berjalan. Satu kakinya terangkat. Pose itu bercerita bahwa setelah Buddha mencapai pencerahan, ia tidak duduk diam. Tapi mengajarkan segala ajaran kebaikan pada semua mahluk. Tak pernah berhenti. Sebab Buddha ingin semua mahluk berbahagia dengan mencapai pencerahan masing-masing.
 
Alas patung itu terdiri dari dua tingkat. Paling dasar, berisi kisah Gandawyuha. Yakni cerita tentang tokoh Sudhana, yang berproses mencari ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan tertinggi. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan para dewa, sesama manusia, para mitreka satata atau kawan spiritual hingga binatang.
 
Dalam setiap perhentian kisahnya dalam Gandawyuha, terdapat visual relief Candi Borobudur yang bercerita tentang kisah itu. William Vijadhammo, ketua acara Vesak Festival 2023, menerangkan, "Di Borobudur terdapat 460 panel relief tentang Gandawyuha. Mengapa arsitek masa lalu memilih cerita itu? Salah satu kemungkinannya adalah tentang moderasi beragama," ungkapnya.
 
Pada era Dinasti Syailendra, terdapat agama-agama besar. Seperti Saiwa atau Siwaisme, yang menekankan pemujaan terhadap Batara Guru atau Siwa. Kemudian Waisnawa, yang menekankan pemujaan kepada Wisnu, Dewa Pemelihara Alam Semesta, serta Buddha. 
 
Maka untuk merukunkan ketiganya, perlu direliefkan kisah Gandawyuha. Bahwa penguasa saat itu, Raja Samaratungga, meski beragama Buddha, ia meneladani Sudhana, yang berhasil mewujudkan semangat toleransi.
 
Bagian atas berisi kisah Lalitawistara, yang bercerita tentang kisah perjalanan hidup Sang Buddha. Paling depan, ketika Ratu Maya mengandung dan melahirkan Siddharta Gautama. Lalu bagian selanjutnya berisi perjalanan Buddha, hingga mencapai pencerahan di bawah pohon bodi.
 
Patung itu berhasil mencatatkan rekor MURI sebagai rupang atau arca Buddha tertinggi dalam gedung se-Indonesia. Proses pembuatannya memakan waktu 1,5 bulan. Berupa modul yang terbuat dari styrofoam, terdiri dari 8 bagian. "Per bagian dimasukkan ke ruangan Tunjungan Plaza ini. Merakitnya di sini," ujar William.
 
Patung Buddha itu memiliki style Gandhara, atau style ala Yunani. Ia memaparkan, bahwa dulu sebelum terdapat patung Buddha, umat menggunakan objek candi, daun atau pohon bodi dan stupa untuk bermeditasi. Setelah itu beberapa umat meminta pada pemahat Yunani untuk mewujudkan patung Buddha. "Sampai sekarang wujud Sang Buddha sama seperti ini. Di mana pun itu," ungkapnya.
 
Selain patung Buddha mudra vitarka itu, terdapat patung Parinibbhana atau Buddha tidur, serta rupang kecil Buddha, gambaran masa kecilnya. "Untuk parinibbhana, kami menggunakan teknologi projection mapping. Sehingga patung Buddha itu seperti bisa berbicara, menyampaikan petuah-petuah bijak," ungkapnya. (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: