Membaca Kalender Jawa ala Suku Tengger

Membaca Kalender Jawa ala Suku Tengger

Suasana Lautan Pasir Gunung Bromo saat upacara Yadnya Kasada, pada 5 Juni 2023.-Ranau Alejandro-

PASURUAN, HARIAN DISWAY - Bulan bulat penuh, menerangi langit Desa Ngadiwono, Kecamatan Tosari, Pasuruan. Warga memenuhi rumah Romo Dukun Pandita Puja Pramana, pemimpin keagamaan umat Hindu Tengger. Mereka hendak mengadakan upacara Yadnya Kasada di Bromo, pada 5 Juni 2023.

Upacara sakral Yadnya Kasada dilakukan pada satu malam sebelum tanggal 5. Yakni 4 Juni. Dalam kalender Jawa yang digunakan Suku Tengger, hari itu merujuk tanggal 15 bulan Kasada, atau akhir bulan kedua belas.

Jika dalam kalender Masehi menunjukkan tanggal 5, namun pada kalender Tengger, tanggal itu adalah tahun baru bagi mereka. Warga Tengger menyebut: limolas panglong siji. Yakni tanggal 15 yang berkurang satu.

"Metode penanggalan yang kami jalankan adalah penanggalan Jawa asli. Warisan turun-temurun leluhur. Kami memiliki 12 bulan dalam 1 tahun dan 30 hari dalam 1 bulan," ungkap Romo Dukun Puja.

Dalam penanggalan Jawa khas Suku Tengger, tak mengenal tanggal 16. Jika sudah melewati tanggal 15, maka penanggalan menunjukkan tanggal limolas panglong siji. Bukan tanggal 16. Tahun ini, tanggal 15 jatuh pada tanggal 4 dan tanggal limolas panglong siji jatuh pada tanggal 5 Juni.

"Jadi dalam satu bulan ada dua periode tanggal 1. Tepatnya setelah limolas panglong siji yang jatuh tanggal 5 Juni Masehi. Bulan ini adalah bulan Kaso atau bulan pertama dalam kalender Jawa. Tahun baru yang kami rayakan dengan Yadnya Kasada di Gunung Bromo," ungkap pria 35 tahun itu.

Limolas panglong siji bukan secara harafiah dimaknai sebagai "tanggal lima belas berkurang satu". Mereka merujuk pada posisi dan bentuk bulan di langit. Karena Suku Tengger mengenal tiga periodisasi bulan: purwaning purnama atau awal menjelang purnama, purnama siddhi atau bulan bulat penuh yang bercahaya serta purnaning purnama. Yakni ketika bulan sudah tak lagi purnama penuh.

Setelah tanggal 15 dalam kalender Jawa, bulan dianggap tak lagi berbentuk bulat penuh atau panglong siji (berkurang satu). "Bulannya panglong atau kalong. Artinya berkurang sedikit," ungkapnya.

Maka pada tanggal 15 malam, adalah hari yang sakral menyambut tahun baru limolas panglong siji bulan Kaso. Suku Tengger bersukacita pada malam itu. Mereka mengumpulkan piranti upacara, menyalakan arang dalam wadah-wadah serta menyiapkan hasil bumi. Pukul sepuluh malam, beramai-ramai mereka menuju Gunung Bromo. Menggelar Yadnya Kasada. (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: