Saatnya Inter Suguhkan Catenaccio

Saatnya Inter Suguhkan Catenaccio

LAUTARO MARTINEZ adalah kartu AS Inter Milan. Inter harus menurunkan Romelu Lukaku secara bersamaan dengan Martinez untuk memecah perhatian Manchester City tatkala melakukan serangan balik. Inter akan berhadapan dengan Manchester City di final Liga Champi--

SIMONE Inzaghi dan tim Inter-nya jelas menonton dengan cermat derbi Manchester yang berlabel final Piala FA. Mereka sudah tahu, City asuhan Pep Guardiola merobohkan rival sekotanya, Manchester United, 2-1. 

Itu trofi kedua City. Trofi ketiga kini sudah di depan mata. Treble. Inter tentu tidak akan membiarkan begitu saja City mengambil trofi tersebut. Inter juga ingin membawa Si Kuping Besar ke Milan. Inter akan melakukan segala cara agar City frustrasi. Catenaccio kini seperti terngiang-ngiang di telinga Internisti. 

Sepertinya itulah satu-satunya cara untuk meredam agresivitas City. Masalahnya, Inter jarang-jarang menggunakan strategi tersebut dalam era sepak boa modern. Namun, allenatore Inter Inzaghi pernah merasakan era itu saat masih menjadi pemain. 

La Gazzetta dello Sport menulis, City memang kejam. Itu juga jelas terlihat ketika mereka melawan Manchester United di Wembley. City menampilkan performa yang layak untuk mendapatkan piala tersebut. Bayangkan, penalti Bruno Fernandes adalah satu-satunya tembakan tepat sasaran sepanjang pertandingan. 

La Gazzetta dello Sport mengungkapkan, sekalipun City superior, masih ada area tertentu tatkala pemenang ganda trofi domestik itu tampak rentan. Area tertentu tersebut menjadi indikasi positif untuk Inter dan Inzaghi.

Berlian di gudang senjata City yang mahaluas tentu saja adalah Erling Haaland yang tegas. Namun, pemain Norwegia yang menjulang tinggi menyentuh langit itu sedang mengalami kekeringan gol. Haaland seperti keluar dari standar meteoriknya yang luar biasa. Pemenang sepatu emas Liga Premier tersebut sudah mandul dalam empat pertandingan terakhir. Ia tidak mencetak gol sejak menang 3-0 atas Everton pada 14 Mei.

Di ujung lain lapangan, pemain internasional Inggris dan bisa dibilang salah seorang bek kanan terbaik Liga Premier, Kyle Walker, menemukan dirinya bermain di bawah tekanan pada banyak kesempatan di partai final itu.

Bek berusia 32 tahun itu, meskipun diberkati dengan kecepatan, mendapat ujian berat dari pemain muda United Alejandro Garnacho. Itu terlihat jelas ketika Manajer United Erik Ten Hag memasukkannya di pertengahan babak kedua. Walker, terutama menjelang akhir pertandingan, tidak terlihat bermain senyaman biasanya.

Dan, meski skuad Guardiola dipenuhi opsi pertahanan yang brilian, celah-celahnya sangat terbuka lebar. Jack Grealish adalah salah seorang ”tersangka”-nya. Inzaghi harus benar-benar memanfaatkan celah itu. 

Dengan Inzaghi yang lebih memilih sistem yang menggunakan bek sayap, Denzel Dumfries dan Federico Dimarco dari Inter dapat berguna jika dapat menempatkan diri pada posisi yang tepat di antara sayap dan bek sayap City di Istanbul.

Tetap saja, ada banyak hal yang harus diwaspadai. Dua gol Ilkay Gundogan berfungsi sebagai pengingat. Yakni, gol bisa datang dari seluruh penjuru lapangan saat City turun ke lapangan. Pun, rekan lini tengah pemain internasional Jerman, Rodri dan Kevin de Bruyne, mungkin akan masuk ke hampir semua starting line-up lainnya di dunia.

John Stones sekarang mahir mengitari lini tengah selama build-up. Ia  mempertaruhkan klaim sebagai salah seorang bek tengah terbaik dunia. Sementara itu, striker Norwegia belum mencetak gol untuk empat pertandingan, berurusan dengan Erling Haaland adalah permintaan yang sulit. Tim mana pun dalam pertandingan apa pun pasti menaruh perhatian penuh pada setiap detail pergerakannya. 

Inter juga adalah tim yang bagus dan telah mencapai final Liga Champions berdasar prestasi. Mereka memiliki ancaman serangan sendiri dan tidak akan membuat hidup mudah bagi City dengan pengaturan pertahanan yang kaku juga. Catenaccio. Boleh jadi begitu. Semi-catenaccio lebih tepatnya. Mengurung saat lawannya memegang bola. Lalu, lari secepat kilat saat menguasai bola. 

Nerazzurri juga merupakan satu dari hanya enam klub di Eropa yang memegang rekor treble. Sejauh ini, hanya satu tim di Inggris yang berhasil melakukannya. Manchester United. Oleh karena itu, dibutuhkan performa yang baik jika Inter ingin mencegah Guardiola dan timnya menjadi tim ketujuh dalam daftar itu akhir pekan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: