Upacara di Mungal dan Pemberkatan Sesaji di Sanggar Poten sebelum Yadnya Kasada

Upacara di Mungal dan Pemberkatan Sesaji di Sanggar Poten sebelum Yadnya Kasada

Prosesi upacara di Mungal, diyakini sebagai lokasi pertapaan Joko Seger dan Roro Anteng.-Ranau Alejandro-

PASURUAN, HARIAN DISWAY – Rombongan Suku Tengger dari Desa Ngadiwono, berangkat sejak pukul sepuluh malam, menuju Puncak Gunung Bromo pada 4 Juni 2023.

Dipimpin oleh Romo Dukun Pandita Puja Pramana dan Romo Dukun Setiawan. Warga Tengger Desa Ngadiwono menumpang di atas bak truk. Menyusuri tiap tanjakan.

Bayang Bromo disinari purnama. Teguh, kokoh bak raksasa yang menjulang tinggi. Di satu titik, rombongan berhenti. Tepatnya di depan sebuah pelinggih, atau Suku Tengger menyebut “Mungal”.

“Berhenti dulu di sini. Mungal ini adalah pintu gerbang masuk ke Bromo dari arah Pasuruan. Ini salah satu lokasi pertapaan Joko Seger dan Roro Anteng,” ujar Romo Dukun Puja.

Dua pemimpin peribadatan itu duduk bersila di depan Mungal tersebut. Penerangan berasal dari obor-obor serta sinar purnama di langit. Pendamping Romo Dukun menyerahkan beberapa piranti upacara.

Keduanya mengaitkan selempang berwarna emas. Menyilang dari pundak hingga pinggang. Lalu mulai berdoa. Memohon izin pada Tuhan dan leluhur, bahwa mereka hendak melaksanakan upacara besar Yadnya Kasada di Kawah Bromo.

Setelah peribadatan di Mungal selesai, mereka kembali melanjutkan perjalanan ke Bromo. Melalui lautan pasir atau segara wedi. Kabut tebal menyergap, bercampur debu. Hawa dingin menusuk tulang. Suhu menunjuk pada angka 6 derajat celcius.

Bayang Pura Luhur Poten Gunung Bromo atau Sanggar Poten. Berselimut kabut. Obor kembali menyala, musik khas Tengger kembali bergema. Di sanggar itu, ratusan umat Tengger yang tersebar di sabuk pegunungan Bromo bertemu. Bersilaturahmi.

Masing-masing Suku Tengger dari berbagai desa membawa hongkek, atau seserahan hasil bumi dan ternak. Per orang membawa pula hasil bumi dari tanahnya.

Mereka membawa itu pada romo dukun masing-masing desa. Meminta didoakan, diberkati, untuk diberikan pada Tuhan dan leluhur, di kawah Bromo. Mayoritas Suku Tengger adalah penganut kepercayaan Hindu. Lebih tepatnya Hindu Jawa atau Hindu Tengger. Agama mereka berbeda dengan Hindu Bali.

Namun ada beberapa orang yang beragama lain. Seperti Islam dan Kristen. Tetap ikut melaksanakan Yadnya Kasada. Dengan maksud sebagai upaya pelestarian tradisi turun-temurun di lingkungan mereka. Seperti Supriadi, warga Desa Tosari. Ia mengenakan udeng dan pakaian ala Jawa. “Saya muslim. Mengikuti kegiatan ini untuk pelestarian tradisi saja. Tak ada maksud lain,” ungkapnya.

Setelah sesaji diberkati oleh para romo dukun masing-masing, tiap orang berjalan ke puncak Bromo sembari membawa hasil bumi mereka. Dimulai pukul 3 pagi, pada 5 Juni 2023, yang dalam penanggalan Jawa Suku Tengger, merujuk pada tanggal limolas panglong siji, bulan Kaso. (Guruh Dimas Nugraha)

 

Sumber: