Gempa Mojokerto Terjadi Di Daerah Seismisitas Rendah, Ada Antiklin Di Bawah Bumi Majapahit
Episenter gempa Mojokerto Senin Malam, 19 Juni merupakan daerah dengan seismisitas rendah. bandingkan dengan daerah selatan yang banyak terjadi gempa-Instagram: daryonobmkg-
JAKARTA, HARIAN DISWAY - Gempa tektonik sekala M=4,4 (pemutakhiran dari 4,6) yang mengguncang Mojokerto dan sekitarnya pada Senin, 19 Juni 2003 malam terjadi di daerah yang jarang terjadi Gempa (low seismisity).
Berdasarkan hasil monitoring BMKG, lokasi hiposenter gempa tersebut berada di bawah tanah pada kedalaman 9 kilometer dengan titik episenter pada 10 kilometer di sebelah tenggara Kota Mojokerto, Jawa Timur.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkapkan bahwa gempa Mojokerto berada di luar sesar Kendeng. Aktivitas geologis ini Dayono sebut berasal dari patahan yang belum terpetakan.
BACA JUGA:Gempa 'Misterius' Guncang Surabaya, Asalnya dari Mojosari
BACA JUGA:Vladimir Putin Bombardir Kota-Kota Besar Ukraina, Suasana Makin Mencekam
BACA JUGA:Alasan Firli Bahuri Dinyatakan Tak Bersalah
Titik episenter gempa Mojokerto-Instagram: daryonobmkg-
“Episenter gempa Mojokerto ada di daerah seismisitas rendah. Artinya di daerah itu jarang terjadi gempa,” kata Daryono pada Harian Disway, Senin, 20 Juni.
Meski demikian, Daryono menyebut bahwa dalam catatan historis, ada gempa merusak yang mengguncang bumi Majapahit tersebut pada tahun 1834 dengan intensitas guncangan mencapai VII hingga VIII modified mercalli intensity (MMI)
Di laman resmi BMKG, skala guncangan VII hingga MMI dijelaskan dengan getaran yang membuat orang-orang keluar rumah.
BACA JUGA:Sandi Ajak Masyarakat Habiskan Libur Idul Adha Dengan Berwisata Di Dalam Negeri
BACA JUGA:Singapura Bukan yang Terpanjang, Coldplay Gelar Konser 10 Hari di Argentina, Ini Strategi Promotor
Kerusakan ringan pada rumah dan bangunan dengan konstruksi yang baik. Sementara yang tidak baik akan retak bahkan hancur. Cerobong asap pabrik pecah. Getaran juga bisa dirasakan oleh orang yang naik kendaraan.
Sementara pada skala yang lebih kuat, yakni VIII MMI, kerusakan berat bisa terjadi pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Dinding bisa lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen roboh. Sementara air menjadi keruh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: