Sapi Dewi Perssik dan Sapi Jokowi

Sapi Dewi Perssik dan Sapi Jokowi

Ilustrasi sapi Dewi Perssik dan Sapi Jokowi --

Kedua pihak kemudian dipanggil untuk mediasi dan klarifikasi. Yang terjadi bukan rekonsiliasi. Video yang beredar memperlihatkan Dewi Perssik berteriak-teriak histeris dan walk out dari ruang mediasi di masjid setempat. Dewi merasa kecewa karena dalam mediasi itu dia mengaku dibentak Pak RT.

Pak RT memberikan klarifikasi dan kronologi kejadian. Menurut versi Pak RT, Dewi akan berkurban di masjid setempat, tetapi kemudian akan menarik kembali sapinya. Dewi mengaku hanya menitipkan sapi kurban di masjid setempat. 

Nantinya, sapi itu diambil lagi dan disembelih di tempat lain. Setelah disembelih dan dipotong-potong, daging sapi itu dibagikan lagi kepada warga setempat. Dewi minta Pak RT untuk mengirim kembali sapi tersebut ke sebuah tempat dan memberinya ongkos. Pak RT menolak karena tidak punya keahlian untuk memindahkan sapi yang berbobot berat.

Mengenai angka Rp 100 juta, Pak RT mengatakan, konteksnya bukan ia minta 100 juta. Ia mengatakan tidak bersedia dimintai tolong untuk mengirim kembali sapi itu kendati dikasih 100 juta.

Dari cerita yang makin heboh tersebut, muncul isu politik yang berkaitan dengan Anies dan Ganjar. Dalam unggahan terpisah, Dewi Perssik mengatakan bahwa sapi itu akan dikelola oleh ”Sahabat Ganjar” dan disembelih di tempat lain untuk dibagikan kepada warga di sekitar rumah Dewi Perssik.

Dalam keterangan kepada media, Pak RT menyebut bahwa dirinya kenal dengan Anies Baswedan, malah tersirat bahwa ia kenal dekat. Dewi Perssik mengatakan tidak mengerti urusan politik. Tapi, dengan menyebut ”Sahabat Ganjar” yang akan mengelola sapi kurbannya, bisa terungkap bahwa ada bau politik di balik masalah itu. 

Konstruksinya bisa digambarkan sebagai berikut: Sahabat Ganjar meminta Dewi Perssik menarik sapinya dari masjid setempat yang dianggap pro-Anies. Karena itu, sapi kemudian ditarik dan akan disembelih di tempat lain. Setelah itu, daging sapi akan dibagi kepada warga di tempat tinggal Dewi Perssik. Upaya Dewi Persik untuk meminta daftar warga ditolak karena dianggap ada unsur politik.

Pak RT bernama Malkan juga membantah ada isu politik. Siapa pun yang berniat membantu akan diterima. ”Jin Iprit” yang mau kasih sapi akan diterima. Begitu ungkapan khas Betawi dari Malkan. Mediasi yang dilakukan di Masjid Babul Khoirot, Lebak Bulus Selatan, tidak membawa hasil. Dewi Perssik walk out dan berteriak-teriak histeris.

Itu insiden kecil yang tampaknya akan sering terjadi lagi dalam bentuk dan skala yang berbeda. Perbedaan pilihan politik menjelang pilpres akan menimbulkan friksi di lingkungan masyarakat. Insiden semacam itu akan digoreng menjadi isu serius karena dibumbui dengan isu lama ”ayat dan mayat”.

Tampaknya, lima tahun belum cukup untuk benar-benar membersihkan polarisasi lama akibat Pilgub DKI 2017. Masih banyak yang belum bisa move on dan berusaha mencari-cari kesempatan untuk melakukan political vendetta (balas dendam politik). (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: