Antraks, Penyakit Hewan yang Menghantui Masyarakat Gunungkidul Sejak 2016 hingga Sekarang

Antraks, Penyakit Hewan yang Menghantui Masyarakat Gunungkidul Sejak 2016 hingga Sekarang

Penyakit antraks yang menyerang hewan sapi di Kabupaten Gunungkidul. --

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Baru-baru ini, tepatnya 4 Juli 2023, Kementerian Kesehatan mengumumkan sejumlah masyarakat yang tinggal di Kabupaten Gunungkidul, DIY, yang terkena penyakit antraks. Sudah tercatat ada tiga orang meninggal akibat penyakit tersebut.

Penyakit antraks bisa dibilang penyakit berbahaya, bahkan dapat mengancam nyawa penderitanya. Diketahui, tren penyakit antraks telah ada sejak 2016 di Gunungkidul dan sudah menyerang sejumlah daerah di sana.

Dalam konferensi pers pada 6 Juli 2023, Dr. Imran Pambudi selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, memaparkan data terkait jumlah kasus pasien antraks dari 2016 hingga 2023 yang di mana hampir setiap tahun ada kasus yang ditemukan.

Di mulai tahun 2016 terdapat 15 kasus, di tahun 2017 terdapat 4 kasus, di tahun 2018 tidak ada kasus, di tahun 2019 terdapat 31 kasus, di tahun 2020 terdapat 3 kasus, dan di tahun 2021 tidak ada kasus. 

Selanjutnya, di tahun 2022 terdapat 23 kasus dan di tahun 2023 ini terdapat 9 kasus dengan 3 kasus kematian. Di tahun 2023 ini baru ada kasus kematian setelah 7 tahun lamanya. 

Dengan adanya kasus-kasus tersebut, masyarakat perlu diberikan sosialisasi supaya memahami penyakit antraks agar tidak terjadi kejadian yang sama dan mengurangi risiko kematian warga Gunungkidul.
Penyakit antraks yang menjadi perhatian utama Kementerian Kesehatan saat ini. -sehatnegeriku.kemkes.go.id-

Ternyata tahun 2019 menjadi tahun di mana menjadi angka paling banyak kasus. Perlunya perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Gunungkidul sendiri.

Lebih rincinya, kejadian pada tanggal 21 Mei-29 Juni 2019 di Kecamatan Karangmojo, lalu pada 28 Desember 2019-13 Januari 2020 di Kecamatan Ponjong, Gunungkidul. Sebelumnya pada 21 Mei sampai 27 Juni 2019 ditemukan tiga kasus konfirmasi antraks kulit pada manusia.

“Pada 28 Desember 2019, kami mendapat laporan adanya 21 orang dengan tanda klinis baik gejala atau tanda yang positif antraks yang 1 warga di antaranya meninggal dunia. Namun sampai sekarang tidak ditemukan lagi kasus baru,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Anung Sugihantono M.Kes, di Gedung Kemenkes, Jakarta.

Mirisinya, setelah dihitung kembali, total pasien yang mengidap penyakit Antraks ada pertambahan kasus sebanyak 10 orang sehingga totalnya menjadi 31 orang.

Berbagai cara terpadu telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY.

Dengan melakukan penyelidikan epidemiologi secara terpadu, penyuluhan dan skrining kepada seluruh warga masyarakat yang kontak dengan ternak yang mati/sakit.

BACA JUGA: Kenali Penyakit Antraks yang Menyerang Warga Gunungkidul. Bakterinya Awet Sampai 40 Tahun

“Dilakukan pengambilan sampel berupa swab atau usap luka dan serum darah pada 20 orang, penyiraman formalin di lokasi yang terduga tercemar, dan penyuntikan vaksinasi, antibiotik, serta vitamin pada seluruh hewan ternak yakni 50 ekor sapi dan 155 ekor kambing,” kata Dirjen Anung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: sehatnegeriku.kemkes.go.id