Thailand, Surga Rekreasi Ganja di Asia yang Jadi Magnet Pengguna Anyar
TERANG BENDERANG, supermarket ganja ini mencoba menarik wisatawan di kawasan Sukhumvit, Bangkok, 17 Maret 2023.-MANAN VATSYAYANA-AFP-
Saat negara lain memberlakukan aturan dan sanksi yang ketat terhadap penggunaan ganja, Thailand malah membuka diri. Negeri Gajah Putih itu sudah melegalkan ganja untuk konsumsi dan rekreasi pada 2022.
WISATAWAN asal Jepang itu mengambil sekantong kanabis yang baru dibelinya dari pusat ganja di Bangkok. Ia mengambil beberapa gram. Kemudian mencacahnya. Lalu melintingnya. Bakar. Isap. Batuk…!
Ya, turis itu memang baru kali pertama ngganja. ’’Penasaran,’’ katanya seperti dikutip South China Morning Post. Lelaki tersebut memang tak ingin disebutkan namanya. Takut kena sanksi di negaranya. ’’Saya bingung, kenapa Jepang melarang berita ini,’’ gerutunya.
Pelegalan ganja di Thailand mendatangkan gelombang besar wisatawan asing. Toko-toko ganja bertebaran di Bangkok. Industrinya tumbuh. Berkembang secepat kilat. Gampang banget mencari ganja di sana.
BACA JUGA : Kompetisi Ganja ala Thailand
BACA JUGA : Thailand Ingin Hapus Ganja dari Daftar Kriminal
BACA JUGA : Bisnis Alkohol Thailand ’’Mabuk’’ Dihajar Pagebluk
Pada Februari 2023, pemerintah Thailand memberikan lisensi kepada hampir 6 ribu bisnis terkait ganja. Dan sebanyak 1.600 di antaranya ada di Bangkok.
Padahal, para tetangga Thailand masih menerapkan aturan ketat. Tahun ini, Singapura mengeksekusi dua penyelundup ganja. Sedangkan Thailand malah membuat ’’wahana rekreasi ganja’’ bagi turis asing.
Sedangkan Jepang menerapkan aturan ketat. Bahwa undang-undang penyalahgunaan ganja tetap diterapkan untuk seluruh warga negara. Walaupun, mereka mengisap di luar negeri.
Sama seperti Tiongkok. Kedutaan Tiongkok di Thailand memperingatkan bahwa ngganja di luar negeri akan dianggap sama dengan ngganja di dalam negerinya. Sanksinya juga sama.
KEDAI GANJA tetap buka di samping bar yang tutup di kawasan Jalan Khao San, Bangkok, 13 Mei 2023.-Jack Taylor-AFP-
Otoritas Singapura dan Tiongkok sudah tidak bisa merinci seberapa banyak hasil positif yang mereka dapatkan dari warganya yang pulang dari ngganja di luar negeri. Tak heran, turis Singapura dan Tiongkok agak cerewet. Kata seorang penjual ganja di Bangkok, para turis itu akan selalu berhati-hati. Kerap bertanya tentang berapa lama kandungan ganja berada di tubuh.
Memang tak ada data berapa wisatawan yang datang khusus untuk menikmati ganja. Tetapi, Kueakarun, salah seorang manajer toko ganja di Bangkok, memperkirakan bahwa 70-80 persen pelanggannya adalah wisatawan asing. Terutama dari Jepang, Malaysia, Tiongkok, atau Filipina. Beberapa dari Eropa.
Karena itu, toko-toko di Bangkok merekrut pegawai yang bisa berbahasa Inggris. Grammar enggak penting. Yang penting bisa ngomong.
Kata Kueakarun, banyak pembeli di tokonya yang baru kali pertama memakai ganja. Masih coba-coba. Beberapa juga ingin menjajal penganan berbahan ganja. Misalnya, brownies ganja.
Namun, Kueakarun justru mengarahkan para pemula itu untuk merokok saja. Agar langsung terasa efeknya. Makanan berbahan ganja tidak akan langsung bisa mendatangkan efek high. Karena itu, pelanggan makan lebih banyak lagi. Yang terjadi, efeknya malah berlebihan.
Tetapi, tidak semua pelanggan toko itu merupakan anak kemarin sore. Kata Kueakarun, ada orang Malaysia yang menyelinap dari makan malam keluarga di sebuah restoran dekat toko. Pria Malaysia itu lalu menuju toko Kueakarun. Turis itu mengaku ngidam ganja Thailand yang katanya lebih berkualitas.
Tak jauh dari toko Kueakarun, ada toko Dutch Passion. Baru buka. Ia adalah cabang toko serupa di kawasan red light district di Belanda. Di Negeri Kincir Angin itu, toko tersebut sudah 30 tahun menjual benih ganja.
Di Belanda, kanabis sudah tersedia di banyak kedai kopi sejak 1970-an. Theo Geene, pemilik Dutch Passion melatih para karyawannya untuk melayani para pemula. Sama seperti toko milik Kueakarun, pelanggan Dutch Passion juga kebanyakan pemula.
Theo melarang keras para pemula untuk menggunakan bong. “Kami tidak ingin melihat orang pingsan di toko kami,” terangnya.
TEH GANJA yang dijual di salah satu mal di Bangkok, Thailand, 21 Maret 2023. Barang mengandung ganja ini menjadi buruan para turis asing.-ROMEO GACAD-AFP-
Theo mengamati, turis Asia cenderung memilih tempat tertutup saat memakai. Tak ingin dilihat banyak orang. Beda dengan orang Eropa yang cenderung mengisap terang-terangan. Padahal, itu dilarang keras oleh pemerintah Thailand.
Makanan dan minuman mengandung kanabis juga bisa dengan mudah ditemukan di minimarket. Biasanya, ada logo daun ganja pada kemasan itu. Karena itu, waspadalah. Lihat kemasan dengan hati-hati saat membawa bingkisan dari Thailand… (Nathan Gunawan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: