Karhutla Semakin Sering Terjadi, 206 Kejadian Sampai 17 Juli
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam Rapat Koordinasi Penagangan Karhutla di Kantor Gubernur Provinsi Jambi-BNPB-
HARIAN DISWAY - Wilayah Indonesia semakin jauh memasuki puncak musim kemarau pada tahun 2023. Peristiwa Kebakaran Hutan dan Lahan (karhutla) semakin sering terjadi.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengungkapkan, hingga Senin 17 Juli, sebanyak 206 kejadian kebakaran hutan telah terjadi di Tanah Air. Kejadian karhutla tersebut tersebar di 19 provinsi.
Dalam Rapat Koordinasi Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Provinsi Jambi di Kantor Gubernur Jambi pada Selasa 18 Juli, Suharyanto mengatakan, bahwa fenomena El Nino tahun ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan periode sebelumnya.
BACA JUGA:Karhutla Di Jateng, BNPB Ingatkan Pemda Bisa Usulkan TMC
"Menurut BMKG fenomena El Nino tahun ini tidak seperti pada tahun 2015 dan 2019. Namun bukan berarti kita bisa menyepelekan hal tersebut, kewaspadaan harus tetap ditingkatkan," tegasnya.
Suharyanto kembali mengingatkan arahan Presiden RI untuk mengutamakan upaya pencegahan dan kesiapsiagaan.
Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas yang dilaksanakan pada Selasa 18 Juli 2023 pagi di Istana Merdeka meminta untuk dipastikan ketersediaan air selama periode El Nino, baik untuk penanganan karhutla dan kekeringan maupun kebutuhan masyarakat.
"Dalam rapat, Bapak Presiden kembali mengingatkan dan mewanti-wanti agar kejadian pada tahun 2015 dan 2019 tidak terulang kembali," tambahnya.
Untuk memenuhi kebutuhan dan ketersediaan air tersebut, Suharyanto mengatakan BNPB akan secara masif melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) baik untuk pemadaman api maupun memenuhi kebutuhan air masyarakat.
"Mumpung masih dingin dan lumayan basah, embung dan waduk yang ada dipastikan ketersediaan airnya. Jangan sampai kita mau melakukan water bombing atau pemadaman darat tapi airnya tidak ada," tambah Suharyanto.
BACA JUGA:Petugas Gabungan Padamkan Api Karhutla di Palangkaraya
Suharyanto juga mengingatkan, terkait dengan pemadaman melalui udara hanya dilakukan untuk menjangkau titik-titik yang sulit ditangani dengan operasi darat dan kondisi api yang relatif masih kecil.
"Tapi kalau apinya sudah besar, tidak ada gunanya operasi udara itu. Ditambah sewa helikopter itu mahal sekali," pungkasnya.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: