Tukang Tape Bunuh Tukang Taksi
Ilustrasi pembunuhan.--
Prof Marco Iacoboni, dalam bukunya yang berjudul Mirroring People: The New Science of Empathy and How We Connect with Others (2009), mencetuskan teori psikiatri-kriminologi yang sangat terkenal, disebut mirror neurons.
Mirror neurons adalah nama satu titik saraf di antara miliaran saraf di dalam otak manusia dan hewan primata. Titik itu terletak di korteks serebral, tempatnya di bagian terluar otak.
Terry Jernigan dalam bukunya yang berjudul The Basics of Brain Development (2010) menyebutkan, korteks serebral adalah bagian terluar otak, berisi miliaran badan sel saraf yang padat. Membentuk materi abu-abu otak. Materi putih otak dan berhubungan dengan sumsum tulang belakang.
Korteks serebral punya empat divisi utama yang dikenal sebagai lobus: lobus frontal, temporal, parietal, dan oksipital. Dan, mirror neurons terletak di lobus frontal.
Intinya, menurut Iacoboni, mirror neurons berfungsi untuk meniru dan empati. Anak dan orang dewasa meniru sesuatu atau punya empati karena mirror neurons berfungsi aktif. Atau disebut kuat. Begitu juga sebaliknya.
Iacoboni adalah guru besar ilmu psikiatri dan ilmu biobehavioral di Pusat Pemetaan Otak di University of California, Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat. Teorinya itu berjasa mengungkap penyebab orang membunuh orang lain dengan alasan sepele.
Disebutkan, dari 7,3 miliar manusia di bumi, setiap hari pasti pernah tersinggung, atau kecewa, atau terlecehan, oleh ucapan atau perilaku orang lain. Orang tersinggung atau terlecehkan, mayoritas marah.
Tapi, tidak semua orang tersinggung dan marah akan membunuh orang yang menyinggung. Jika itu terjadi, umat manusia segera habis. Cuma sebagian sangat kecil orang tersinggung yang membunuh. Bahkan, sangat kecil yang tersinggung, lalu memukul si penyinggung.
Sebab, mirror neurons mayoritas manusia berfungsi aktif. Kuat. Cuma, sangat sedikit orang yang lemah. Nah… pada orang yang lemah itulah kekurangan empati. Terlebih, pada orang yang tanpa mirror neurons sama sekali, maka tidak punya empati sama sekali. Itu yang bahaya.
Empati berasal dari kata pathos (bahasa Yunani) yang berarti perasaan mendalam.
Berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia, empati berarti keadaan mental yang membuat seseorang merasa, atau mengidentifikasi, dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.
Dalam bahasa Jawa disebut ”tepa salira” (baca: tepo sliro). Tepo berarti diri sendiri, sliro berarti orang lain. Terjemahannya, dapat merasakan (menjaga) perasaan (beban pikiran) orang lain.
Mirror neurons yang aktif, berarti orang yang punya tepo sliro. Bisa menjaga perasaan orang atau kelompok lain. Disebut ”orang” atau ”kelompok”, sebab kalimat seseorang bisa menyinggung perasaan orang yang diajak bicara atau kelompok orang itu.
Teori Iacoboni, mirror neurons, adalah antitesis dari pendapat filsuf Inggris, Thomas Hobbes (1588–1679), yang mendeskripsikan bahwa semua manusia pada dasarnya pemangsa. Manusia ibarat serigala bagi sesama manusia (homo homini lupus). Manusia memangsa manusia lain demi bertahan hidup. Atau, berebut rezeki. Bahkan, berebut korupsi.
Iacoboni berpendapat, cuma orang dengan mirror neurons lemah yang bisa memangsa orang lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: