Uskup Surabaya Meninggal, Bagaimana Tata Cara Memilih Penggantinya?
Para suster menyiapkan jenazah Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono yang baru tiba dari RKZ Surabaya, Kamis, 10 Agustus 2023.-Riviera Michelle-
SURABAYA, HARIAN DISWAY – Mgr Vincentius Sutikno Wisaktono, Uskup Surabaya, meninggal pada Kamis, 10 Agustus 2023. Bulan depan, ia berulang tahun ke-70. Artinya, mendiang menutup perjalanan tugasnya lima tahun sebelum masa pensiunnya tiba di usia ke-75. Lalu, bagaimana cara memilih pengganti uskup yang meninggal?
Di pengujung tugasnya, Uskup Surabaya meninggal karena kanker prostat. Beberapa orang menyebut, Mrg Vincentius Sutikno Wisaksono mengembuskan napas terakhir saat beberapa romo dan suster yang mendoakannya melafalkan kata ”amin.” Hari itu, uskup berpulang pukul 10.29.
Meninggalkan uskup sebelum masa pensiun memang kerap terjadi. Dan Gereja Katolik sudah punya tradisi untuk melanjutkan tampuk kepemimpinan tersebut.
BACA JUGA : Mengenang Uskup Surabaya yang Bersahaja, Penyuka Mobil Taft Kebo
BACA JUGA : In Memoriam Uskup Surabaya Mgr Vincentius Sutikno Wisaksnono, Mengenang Jiwa Penuh Semangat
Bergantung Keputusan Paus
Pergantian uskup dalam dunia Katolik tak sama dengan pemilihan umum. Ini adalah aliran hierarki. Hanya menunggu keputusan Paus yang menyandarkan keputusannya pada kehendak Yang Mahakuasa.
Tentu saja, tidak ada yang bisa memprediksi kapan Paus akan menemukan uskup pengganti. Bisa dalam waktu yang singkat. Bisa juga cukup lama.
Mgr Sutikno, misalnya, menggantikan mendiang Mgr Johanes Sudiarna Hadiwikarta pada 2007. Padahal, Mgr Hadiwikarta meninggal pada 2003. Artinya ada empat tahun masa kekosongan takhta…
Sede Vacante atau Takhta yang Kosong
Ketika Uskup Surabaya Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono meninggal, ia tidak otomatis diganti. Karena, seorang uskup memang tidak punya wakil.
Memang, dalam struktur keuskupan, ada sejumlah romo yang bertugas untuk menjalankan dan mewakili tugas-tugas keseharian seorang uskup. Misalnya dalam hal pembinaan kaum muda, hubungan antaragama, atau administrasi gereja lainnya.
Tetapi, ketika uskup meninggal, struktur itu terhenti. Ada kekosongan kekuasaan. Vacuum of power. Dalam bahasa latinnya: sede vacante. Terjemahan harfiahnya: kursi kosong.
Yang akan mengisi kekosongan itu adalah dewan konsultor keuskupan. Dewan pertimbangan uskup tetap hadir. Sampai ada Uskup Agung yang akan memberi tugas tentang siapa-siapa yang akan mengisi tugas tertentu. Misalnya, soal peran administratif dan sebagainya.
Sementara itu, sebuah ritus akan bergegas mengisi kekosongan dalam kepemimpinan rohani di keuskupan. Yakni, dari dewan senior uskup dan klerus (kaum biarawan pemimpin agama), Merekalah yang menjalankan urusan sehari-hari keuskupan. Tidak sekadar untuk menjaga stabilitas, tetapi juga melancarkan roda kehidupan rohani para umat.
Para romo di lingkungan Keuskupan Surabaya mengikuti misa requiem di depan peti jenazah mendiang Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono.-Sahirol Layeli-Harian Disway-
Memilih Tiga Calon
Lalu, sidang para uskup juga akan bekerja sama dengan klerus lokal untuk mengidentifikasi tiga kandidat potensial sebagai pengganti. Identitas kandidat ini dirahasiakan oleh dewan senior.
Tiga nama itu lalu diteruskan kepada Takhta Suci Vatikan, pusat kekuasaan Gereja Katolik. Nama yang diajukan itulah yang nanti akan ditentukan oleh Sri Paus.
Setelah terpilih, uskup baru akan menjalani serangkaian tahapan tahbisan. Tahap ini cukup krusial karena uskup baru akan menerima tongkat gembala dan penugasan rohani untuk memimpin umat.
Memang terlihat kompleks. Tetapi, tahap itu cukup penting dalam menjaga kontinuitas kepemimpinan Gereja Katolik selama ini. Dan semua langkah tersebut sudah dipegang teguh selama berabad-abad. (Riviera Michelle)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: