Club of Rotary Surabaya Gelar Jelajah Rasa-Wastra Nusantara

Club of Rotary Surabaya Gelar Jelajah Rasa-Wastra Nusantara

Kain batik yang dipamerkan di salah satu stan, Selasa, 15 Agustus 2023.-Ahmad Rijaludin Erlangga-Harian Disway-

SURABAYA, HARIAN DISWAY – Acara yang digelar Club of Rotary ini memang istimewa. Namanya, Jelajah Rasa-Wastra Nusantara. Kata rasa diambil dari jamu yang jadi kekayaan harta karun Nusantara. Sedangkan Wastra diambil dari kekayaan kain tradisional Indonesia.

 

Event itu tak sekadar memperkenalkan warisan kain dan batik tradisional Indonesia serta jamu lokal. Yang lebih penting adalah menguatkan rasa bangga akan warisan budaya Indonesia.

 

’’Seakan-akan ini merupakan tongkat estafet yang diserahkan oleh para leluhur kepada generasi penerus kita," kata Leonard B., Presiden Club of Rotary Surabaya. Ia adalah penanggung jawab divisi acara dalam acara yang dihelat di Pakuwon Mall Surabaya, Selasa, 15 Agustus 2023, tersebut.

 

BACA JUGA : Series Jejak Naga Utara Jawa (51) : Akulturasi dalam Selembar Batik

BACA JUGA : Series Jejak Naga Utara Jawa (47) : Batik Warisan Selir Keraton Kanoman

 

Selain kekhasan kuliner Indonesia, orang memang tak jarang melupakan keberadaan minuman yang turun-temurun diwariskan dalam setiap generasi. Padahal, jamu, sebagai ramuan tradisional atau obat herbal yang terdiri dari bahan-bahan alami, sejak lama dipergunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

 

Kata Leo, saat berada di bazar, kuliner khas Indonesia banyak sekali terhidang. Tetapi, jamu jarang. ’’Jangan kita melupakan adanya jamu, yang kemarin sempat digunakan sebagai obat Covid-19 saat tidak ada obat khususnya,’’ ucap Leo.

 

Soal kebanggaan pada wastra juga terlihat pada busana yang dipakai peserta acara itu. Mereka berbatik atau bahan kain khas Nusantara lain.

 


Tenun ikat yang dipamerkan di salah satu lapak, Selasa, 15 Agustus 2023.-Ahmad Rijaludin Erlangga-Harian Disway-

 

Mereka juga diberi pencerahan tentang tata cara merawat kain dan batik. Hal itu dipadu dengan fashion show yang memamerkan kain batik beserta makna mendalam di baliknya.

 

Yang diinginkan Leo hanya satu. Yakni, rasa bangga. Menurutnya, dengan kebanggaan itu, penghargaan pun datang. Sehingga, penikmat batik tidak akan memandang kain sebagai benda yang harganya terlalu mahal. Ia membayangkan antrean panjang pada gerai-gerai batik, bukan cuma pada toko yang menjual benda bermerek dari luar negeri lainnya.

 

Apresiasi pun datang dari khalayak. Misalnya, Nurhasanah yang mengajar pada PAUD. ’’Acara ini berdampak positif karena mengangkat citra Indonesia dan melibatkan berbagai daerah,’’ ucapnya.

 

Memang, pada acara itu juga ditampilkan tari Suwe Ora Jamu dari Jawa Tengah dan Tanduk Majeng dari Madura.

 

Semakin banyak budaya Indonesia diperkenalkan, semakin banyak pula yang dapat menghargai serta menjaga budaya yang patut dijunjung tinggi. Meskipun masih ada banyak kalangan muda yang mengidolakan budaya asing, tak ada salahnya tetap memelihara warisan budaya yang seharusnya tak boleh terlupakan.

 

Leo juga merefleksikan Agustus sebagai bulan kemerdekaan RI. ’’Secara hukum kita memang merdeka. Tapi, apakah mental kita sudah merdeka?” ucap Leo. (Riviera Michelle Irawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: