Dari Paris, New York, hingga Praia Pinheiro
NEYMAR akhirnya berlabuh di Al-Hilal. Ia menjadi megabintang terbaru yang ambil bagian dalam revolusi bola Arab Saudi. Bayaran besar dengan kompetisi yang tidak padat membuat sejumlah bintang memilih melabuhkan sauhnya di sana. Namun, Neymar punya sejumla-instagram al-hilal-
HMMM. Revolusi sepak bola di Arab Saudi terus berlangsung dengan sangat dinamis. Satu per satu nama besar tergoda. Nama besar terbaru adalah Neymar. Pemain internasional Brasil itu mendarat di Al-Hilal dengan transfer GBP 78 juta atau setara EUR 90 juta.
Sebuah video pendek nongol di media sosial klub. Neymar terlihat mengenakan seragam biru kebesaran Al-Hilal. ”Saya di sini di Arab Saudi. Saya pemain Al-Hilal,” sebut Neymar dalam videonya itu.
Dunia tersentak. Kalau di politik, masyarakat mengenal nomenklatur Arab Spring yang ditandai dengan revolusi politik di Semenanjung Arab, kini muncul istilah Arab Saudi Spring. Bukan untuk urusan politik, melainkan masalah bola. Istilah merumput mungkin akan lebih afdal disebut menggurun.
Begitulah cara Neymar mendramaturgi dirinya. Pada 2017, Neymar mengejutkan dunia dengan transfer kolosalnya ke Paris Saint-Germain sebesar GBP 198 juta atau setara EUR 222 juta dari Barcelona.
Waktu itu Neymar merasa dirinya hanya bisa berkembang bila lepas dari bayang-bayang Lionel Messi. Ia ingin mendapatkan Balon d’Or. Namun, cita-citanya tak lebih dari sebuah fatamorgana. Tidak pernah kesampaian. Nyaris mirip ilusi.
Baca Juga : Gary Naville Kritik MU Meski Menang Lawan Wolves
Bayangkan, selama enam musim di PSG, Neymar bermain dalam 173 pertandingan. Ia mencetak 118 gol dan menyumbangkan 77 assist. Itu berarti, Neymar rata-rata bermain 29 kali dalam setiap musim untuk semua pertandingan, baik domestik maupun internasional.
Piala Liga Champions yang menjadi dambaan utamanya tidak pernah bisa digapai. PSG hanya nyaris merebut trofi Si Kuping Besar itu pada 2020. Sayang, mereka kandas 0-1 di kaki Bayern Munich. PSG pun hanya kebagian runner-up. Setelah itu, PSG tidak berkutik sekalipun mereka mendatangkan Lionel Messi dan membentuk trio maut dengan Kylian Mbappe.
Kini angan-angan itu berantakan. Nyaris separuh waktu Neymar justru habis di ruang perawatan. Nyemar tergolong sebagai pemain kaca. Ia rawan cedera. Sebagian orang menuduhnya cedera itu muncul karena gaya hidup jetset Neymar. Pemain Brasil itu benar-benar dicap hedonis. Rei do ferias. King of holiday. Padanan yang pas dengan bahasa Indonesia barangkali rajanya pelesir. Raja pesta pula.
Neymar praktis menghabiskan waktu cederanya dengan aktivitas hedonistik. Dari Paris, ia bisa terbang kapan saja dengan jet pribadinya ke New York untuk hadir dalam pesta selebritas bersama selebritas ternama Kim Kardashian cs, lalu menghabiskan berjam-jam waktunya di Praia do Pinho, pantai nudis di Brasil.
Neymar dikontrak untuk merumput selama dua tahun bersama Al-Hilal. Ia menerima bayaran GBP 130 juta setahun. Banyak orang bergidik dengan kontrak itu. Kenapa? Di Paris belakangan, ia jadi musuh ultras PSG. Kalau semua pemain fokus pada bola, Neymar fokus pada banyak hal. Bola, cedera, dan kehidupan jetset.
Bagi fans ultras PSG, Neymar sudah jadi ”sampah” dalam dua musim terakhir. Kontribusinya minim. Kontroversinya maksi. Setiap adiknya merayakan ulang tahun di bulan Februari, Neymar kerap pas cedera. Itu bahkan sudah jadi rahasia umum.
Neymar telah meninggalkan PSG. Ia menjadi superstar terbaru yang pindah ke negeri kerajaan, mengikuti pemain seperti Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, dan Sadio Mane ke divisi sepak bola terbesar di dunia.
Ia menolak kemungkinan pindah pinjaman ke mantan klubnya Barcelona, yang akan memasukkan opsi untuk membelinya langsung tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: