Mengenal "Qixi", Peringatan Chinese Valentine Day
UMAT Buddha yang tergabung dalam Cetiya Buddha Dhamma Sangha Lotus beribadah bersama. Mereka memperingati Qixi atau Hari Kasih Sayang dari tradisi Tiongkok.-Julian Romadhon-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Bukan hanya budaya Barat yang memiliki tradisi Valentine atau Hari Kasih Sayang.
Di tradisi Tiongkok juga ada. Dikenal dengan perayaan Qixi. Tahun ini perayaan itu jatuh tanggal 7 bulan 7 Imlek. Jika dimasehikan, bertepatan dengan 22 Agustus 2023.
Qixi diperingati dengan ibadah bersama. Itu, antara lain, dilakukan umat Buddha yang tergabung dalam Cetiya Buddha Dhamma Sangha Lotus yang berlokasi di Pandegiling, Surabaya.
Pukul 7 malam, mereka memenuhi ruang ibadah.
BACA JUGA:Ibadah Ulang Tahun Yao Chi Jin Mu Perkumpulan Cetiya Buddha Dhamma Sangha Lotus
BACA JUGA:Kado Hari Valentine untuk Pasangan selain Cokelat dan Bunga
Untuk yang belum mendapat jodoh, mereka membawa takir berisi bunga mawar, melati, gading kuning, dan gading putih.
Kemudian, semuanya diletakkan di bawah altar Dewi Kwan Im.
"Hari ibadah Qixi merupakan hari baik untuk memohon kelancaran jodoh. Karena Qixi adalah Hari Kasih Sayang dalam tradisi Tiongkok," ujar Purwohadi Kahar, salah seorang pembina Cetiya Buddha Dhamma Sangha Lotus.
Para taojin atau umat berkumpul dan bersimpuh di bawah altar Buddha dan dewa-dewi. Mereka dengan khusyuk melafalkan mantra pe to atau cinta kasih.
Selain hari yang tepat untuk memohon kelancaran jodoh, hari perayaan Qixi sangat cocok untuk mengharap keharmonisan rumah tangga, kesembuhan orang sakit, pembersihan dari energi negatif, doa untuk leluhur, serta masalah keuangan.
Setelah melafalkan beberapa mantra, Hanadi Soehardjo Hartono, pemimpin peribadatan, memercikkan air suci kepada tiap umat di sana.
BACA JUGA:Valentine, Ada 5 Tempat Romantis di Surabaya yang Cocok Disambangi
BACA JUGA:Dalam Tradisi Pernikahan Tionghoa Chio Thao, Ada Buku Tungsu saat Menata Rambut
"Air suci untuk blessing atau pemberkatan. Supaya energi negatif dalam diri bisa sirna," ujarnya.
Dalam peribadatan Qixi, umat melakukan kegiatan pelimpahan jasa. Mereka membawa segelas air putih yang telah diberkati.
Setelah ibadah, mereka pergi ke luar dan menyiramkan air itu untuk tanaman-tanaman di sekitar.
Pelimpahan jasa adalah suatu tindakan dari disiplin spiritual Buddhis.
Setiap orang yang telah berbuat baik dapat melimpahkan amalan baik itu untuk para leluhur, dewa, atau kepada semua makhluk hidup.
Dalam bentuk penyiraman air itu, mereka melimpahkan jasanya untuk tanaman sebagai representasi mahluk hidup.
Tahap terakhir, umat Buddha membakar kertas kim cua atau kertas doa dalam tradisi Tionghoa.
Kegiatan itu dilaksanakan untuk melestarikan tradisi turun-temurun. Maknanya, untuk memberikan "materi" kepada leluhur. Agar mereka dapat hidup layak di alam akhirat.
Dalam ruang ibadah, di pojok kanan-kiri altar terdapat instalasi kapal dan jembatan. Dua benda itu dibuat dari rangkaian kertas kim cua.
Pada hari Qixi, instalasi itu tidak dibakar seperti kertas kim cua lainnya. tetapi, diletakkan lebih dulu.
Hingga kelak dibakar pada perayaan Sembahyang Rebutan yang berlangsung akhir Agustus.
Perayaan Qixi bermula dari cerita rakyat Tiongkok. Tentang seorang penggembala yang jatuh hati kepada peri bulan yang cantik jelita.
Kisah cinta mereka selalu diperingati oleh masyarakat Negeri Tirai Bambu. Bahkan, warga Tionghoa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: