Sedotan Kertas Mengandung Zat Kimia Berbahaya, Ini Saran Ilmuwan

Sedotan Kertas Mengandung Zat Kimia Berbahaya, Ini Saran Ilmuwan

Ilustrasi sedotan kertas.-Pixabay-

HARIAN DISWAY - Sedotan kertas sering dianggap eco-friendly alias ramah lingkungan. Namun, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa Sedotan kertas malah mengandung bahan kimia beracun yang berbahaya.

Hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Food Additives & Contaminants menunjukkan bahwa sedotan kertas mengandung zat berbahaya yang dikenal sebagai PFAS (asam perfluoroalkyl dan polifluoroalkyl).

PFAS adalah bahan kimia tahan lama yang dapat bertahan dalam lingkungan selama waktu yang sangat lama sebelum akhirnya terurai.

Hal itu disampaikan oleh Thimo Groffen, Ph.D., penulis studi dan ilmuwan lingkungan di University of Antwerp.

"Sedotan yang terbuat dari bahan nabati, seperti kertas dan bambu, sering diiklankan sebagai lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan daripada yang terbuat dari plastik. Namun, kehadiran PFAS dalam sedotan itu belum tentu benar (ramah lingkungan)," katanya.

BACA JUGA:Tujuh Manfaat Berjalan Kaki bagi Kesehatan Tubuh, Apa Saja?

BACA JUGA:Jarang Orang Tahu, Hobi Berkebun Punya Banyak Manfaat bagi Tubuh

PFA yang paling umum adalah asam perfluorooctanoic, yang telah dilarang secara global sejak tahun 2020.

Ada juga varian lain seperti asam trifluoroasetat dan asam trifluoromethanesulfonat yang mudah larut dalam air.

Para peneliti melakukan analisis terhadap 39 jenis sedotan minum yang terbuat dari berbagai bahan, termasuk kertas, bambu, kaca, baja tahan karat, dan plastik.

Hasilnya menunjukkan bahwa sedotan kertas mengandung PFA sebesar 90 persen, sementara sedotan bambu, yang sering dianggap sebagai alternatif hijau, memiliki kandungan PFA sebesar 80 persen.


ilutrasi sedotan plastik--

Sedotan plastik memiliki kandungan PFA sebesar 75 persen, sedangkan sedotan kaca hanya 40 persen, dan sedotan baja tidak mengandung PFA sama sekali.

"Kehadiran PFAS dalam kertas dan sedotan bambu menunjukkan bahwa mereka belum tentu dapat terurai secara hayati," peringatkan Groffen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: