Bungsu vs Sulung: Kaesang vs Gibran
Ilustrasi Gibran vs Kaesang-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Saat Kaesang sudah bersiap-siap ikut pilkada Kota Depok, Jokowi langsung memveto. Di depan para pemred, ia mengatakan, anak bungsunya itu tidak akan ke Depok karena akan jual pisang (berbisnis).
Namun, ia bersikap berbeda ketika Kaesang memilih bergabung dengan PSI dan menjadi ketua umum. Merestui. Mempersilakan anaknya menentukan pilihan.
Mantan gubernur Jakarta itu memperbolehkan rumah pribadinya di Solo menjadi tempat PSI menyerahkan kartu tanda anggota (KTA) kepada Kaesang.
Jokowi pun bakal nyaman di PSI. Para pentolan partai itu juga berkali-kali menegaskan, mereka tegak lurus dengan Jokowi. Siapa pun capres yang didukung Jokowi, itulah yang mereka dukung.
Di PDIP, sudah menjadi rahasia umum, ada kerenggangan antara Jokowi dan elite partai. Penunjukan Ganjar pun, oleh sejumlah media, dikabarkan tidak melibatkan Jokowi.
Yang terbaru, Panda Nababan, politikus senior PDIP, mengingatkan Jokowi secara terbuka agar tidak memaksa anak-anaknya meneruskan karier politik. Gibran dan Bobby sebelumnya juga tak luput dari kritik.
Itu menunjukkan, posisi Jokowi di PDIP bukan sosok yang membuat kader lain tidak berani mengkritiknya. Lain halnya dengan Mega yang membuat semua kader PDIP tidak berani atau segan melakukan kritik terbuka kepadanya.
Tak perlu kaget bila nanti, saat keluar dari istana, Jokowi pulang ke ”rumah baru”. Bila itu terjadi, ia akan disambut putra bungsunya, Kaesang.
Bagaimana dengan Gibran? Masih ada kesempatan membuat gempa politik. Bila Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan cawapres usia 35 tahun, bisa jadi Kaesang yang akan mengusung kakaknya. Ke koalisi mana? Jokowi yang bisa menentukan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: