Sapu Jagat ala Jokowi

Sapu Jagat ala Jokowi

Ilustrasi Jokowi soal undang-undang sapu jagat.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

SYL akhirnya kembali ke Indonesia dan langsung menemui bosnya, supremo Partai Nasdem Surya Paloh. Setelah bertemu dengan bosnya, SYL kemudian menemui Jokowi dan ia menyerahkan surat pengunduran diri.

Bagi Surya Paloh, kasus SYL itu menjadi double blow, ’pukulan ganda’, yang mendarat telak. Setelah Johnny G. Plate dicokok Kejaksaan Agung, sekarang giliran SYL yang dibekuk KPK. Surya Paloh berharap agar peristiwa itu tidak dipolitisasi.

Peristiwanya menjadi makin dramatis ketika muncul isu pemerasan. Kabar yang berkembang menyatakan bahwa pimpinan KPK memeras SYL dengan meminta upeti 1 miliar dolar Singapura. Entah dari mana datangnya isu itu dan dari mana datangnya angka raksasa tersebut. Kalau benar ada, angka itu bisa dipakai untuk membeli klub sepak bola di Inggris.

Kasusnya sudah ditangani Bareskrim Polri. Ketua KPK Firli Bahuri membantah adanya pemerasan. Tapi, bantahan Firli belum meyakinkan. Track record-nya yang tidak terlalu bersih membuat bantahan tersebut tidak meyakinkan. 

Beberapa waktu yang lalu Firli dicurigai membocorkan dokumen penyelidikan kasus korupsi di kementerian ESDM. Ramai sebentar, sekarang kasusnya menguap. Sekarang muncul isu suap 1 miliar dolar dan mungkin akan menguap juga terkena angin sapu jagat.

Kasus SYL tidak bisa lepas dari politisasi. Partai Nasdem sekarang menjadi motor oposisi setelah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden. Setelah itu, Surya Paloh ”membajak” Muhaimin Iskandar dari koalisi rezim untuk menjadi bakal calon wakil presiden Anies Baswedan. 

Surya Paloh sudah bertemu Jokowi sebelum mendeklarasikan pasangan Amin. Namun, seorang elite Partai Nasdem mengatakan bahwa dalam pertemuan itu Surya Paloh hanya memberi tahu, tidak meminta izin.

Deklarasi Amin mengacaukan konstelasi persaingan Pilpres 2024. PDIP sebagai pengusung Ganjar Pranowo harus berhitung ulang dengan cermat. Rakernas PDIP selesai dengan hampa tanpa ada keputusan untuk mengumumkan bacawapres Ganjar.  

Pun, Prabowo Subianto harus melakukan kalkulasi politik dengan sangat teliti. Jawa Timur adalah the real battle ground dalam Pilpres 2024. Siapa memenangkan Jatim, ia memenangkan pilpres. Begitu analisis para pundit.

Berbagai survei tetap mengunggulkan Prabowo dan Ganjar di atas Anies. Namun, realitas empiris berbicara lain. Elektabilitas Amin memang tidak naik drastis, tapi tidak bisa diremehkan. Karena itu, muncul gagasan untuk membentuk koalisi besar Ganjar-Prabowo atau Prabowo-Ganjar untuk membendung Amin.

Partai Nasdem menjadi sasaran tembak yang paling empuk. Dari tiga menteri yang ada di koalisi rezim sekarang, tinggal satu orang, yaitu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar. 

Tidak ada yang tahu, apakah Siti Nurbaya Bakar bisa bertahan sampai akhir masa jabatan atau dia akan lenyap tersapu oleh politik ”sapu jagat” ala Jokowi. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: