ASEAN Panji Festival 2023, Menginterpretasi Kisah Panji yang Lestari di 9 Negara Asia Tenggara

ASEAN Panji Festival 2023, Menginterpretasi Kisah Panji yang Lestari di 9 Negara Asia Tenggara

ASEAN Panji Festival, kisah panji lestari di Asia Tenggara. Kisah Panji dalam perspektif Singapura, mengenakan pakaian ala Tiongkok. -Julian Romadhon-

BACA JUGA:ASEAN Matters Epicentrum Growth: Mengatasi Masalah Maritim, Ekonomi, Kesejahteraan Manusia

Panji berasal dari kisah pada masa Kerajaan Jenggala dan Panjalu. Dua kerajaan hasil pembagian dari kebijaksanaan Raja Airlangga untuk dua anak lelakinya. Kisah Panji diperkirakan muncul pada abad XI-XII. 

Kisahnya berkaitan dengan lika-liku asmara antara Raden Panji Inukertapati, pangeran Jenggala dan Dewi Sekartaji atau Galuh Candrakirana, putri Kerajaan Panjalu atau Kediri. 

Keduanya sebenarnya telah saling mencintai. Hingga salah satu menghilang karena sedang dalam penyamaran. Hidup bersama rakyat biasa dan membaur.
ASEAN Panji Festival, kisah panji lestari di Asia Tenggara. Kolaborasi penampil Vietnam dan Myanmar dalam ASEAN Panji Festival. -Julian Romadhon-

Kisah-kisah penyamaran itu muncul dalam berbagai varian lakon dari Jawa. Seperti  sebenarnya sudah bertunangan, namun kemudian salah satu menghilang atau beralih rupa dan kemudian yang lain mencarinya. 

Dalam pengembaraan dan penyamarannya Raden Panji Inukertapati atau Dewi Sekartaji sering berganti nama dan menyamar menjadi rakyat biasa.

Kisah penyamaran Panji atau Sekartaji tersebut muncul dalam berbagai lakon dari Jawa. Beberapa di antaranya: Andhe-Andhe Lumut, Kethek Ogleng, Cindhe Laras, Remeng Mangunjaya, Jaka Kembang Kuning, Klana Madubrongto, Klana Jayengsari, Panji Angreni, Panji Jayengtilam.

Di luar Jawa, cerita Panji dikenal dengan berbagai nama. Seperti Jaka Umbara atau Pakang Raras dari Bali, Putri Sekarsari dan Polo Salaka dari Sumenep, Madura. 

"Kalau menurut Poerbatjaraka, cerita Panji digubah pada era Majapahit. Kemudian lestari dalam bentuk sastra kidung berbahasa Jawa Tengahan atau Jawa Baru," ujarnya.

Pun, kisah Panji tergurat dalam berbagai relief candi era Majapahit. Seperti Candi Kendalisada, Candi Gajah, Candi Surawana dan sebagainya. 

"Seperti yang telah saya sebutkan, penyebaran kisah Panji diikuti proses enkulturasi. Sehingga terinternalisasi dalam lingkungan budaya yang baru dan dianggap telah menjadi milik dari lingkungan budaya itu," ujar Bambang. 

Seperti perwakilan dari Singapura, mengenakan busana khas Tionghoa dalam bercerita tentang budaya Panji. Begitu pun para penari dari negara-negara ASEAN lainnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: