Wamenkes Resmikan Instalasi Hemodialisis RS Hasri Ainun Habibie demi Kemudahan Layanan Cuci Darah bagi Warga Gorontalo

Wamenkes Resmikan Instalasi Hemodialisis RS Hasri Ainun Habibie demi Kemudahan Layanan Cuci Darah bagi Warga Gorontalo

Kunjungan Wamenkes Dante Saksono Harbuwono ke RS Hasri Ainun Habibie pada 24 Oktober 2023 untuk meresmikan instalasi hemodialisis bagi kemudahan akses layanan bagi warga Gorontalo. -sehatnegeriku.kemkes.go.id-

HARIAN DISWAY- Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono meresmikan instalasi yang memberikan pelayanan hemodialisis di Rumah Sakit Hasri Ainun Habibie di Gorontalo pada 24 Oktober 2023. 

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, Wamenkes Dante memberikan ucapan selamat atas hadirnya layanan hemodialisis di RS Hasri Ainun Habibie. Dia berharap layanan kesehatan tersebut dapat digunakan sebaik-baiknya dan bermanfaat bagi warga Gorontalo.

“Manfaat dari adanya layanan hemodialisis adalah mempermudah akses masyarakat dan jarak yang lebih dekat untuk mendapat layanan cuci darah,” tutur mantan anggota Tim Dokter Kepresidenan Republik Indonesia.

Sebab menurutnya, sebelum-sebelum itu, layanan hemodialisis hanya ada di kota-kota besar. Wamenkes Dante meminta pemerintah untuk menambah lagi layanan hemodialisis di tempat yang belum dijangkau. 

BACA JUGA: Obat Ginjal Akut Fomepizole Biasanya untuk Cuci Darah

Termasuk daerah terpencil di seluruh Indonesia. “Data saat ini dari 1.225 layanan hemodialisis di Indonesia, 7 di antaranya ada di Provinsi Gorontalo,” sambungnya.

Menurut pemikiran Wamenkes Dante, hemodialisis harus dilakukan setiap minggu dan seumur hidup bagi pasien yang mengalami masalah pada ginjalnya yang mengharuskannya cuci darah. Salah satunya penderita gagal ginjal.

Apalagi sampai detik ini saat ini jumlah kasus orang yang harus menjalani hemodialisis cukup memprihatinkan. Angkanya mencapai 235 dari 1.000.000 orang di Indonesia menjalani hemodialisis.

Terlebih lagi, jumlah pasien yang menjalani hemodialisis terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk usia lanjut.

Namun, berbanding terbalik dengan kuantitas layanan hemodialisis yang lebih sedikit sehingga berdampak pada waktu tunggu layanan hemodialisis pasien yang semakin lama.

“Bagi saya, layanan hemodialisis saja belum cukup. Rumah sakit perlu mengembangkan layanan CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) yaitu layanan cuci darah namun bisa dilakukan di rumah,” tegas mantan Ketua Divisi Metabolik Endokrin itu.

BACA JUGA: Kenali Bahaya Penyakit Kanker Ginjal yang Kasusnya Mencapai 56.344 Ribu Selama 2020

Wamenkes juga menambahkan harus ada upaya promotif preventif guna menekan jumlah kasus cuci darah di Indonesia. Menurutnya berbagai pihak perlu bersama-sama berfokus pada penurunan faktor risiko penyakit-penyakit ginjal.

Dimulai dari Wamenkes menyampaikan tentang setiap orang perlu mengetahui faktor risiko terkena penyakit ginjal. Seperti diabetes melitus atau kencing manis, hipertensi, infeksi saluran ginjal, dan autoimun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: sehatnegeriku.kemkes.go.id