Health Provider, Slogan Baru Ajinomoto (2-habis): Gunakan Biomassa untuk Gantikan Batu Bara

Health Provider, Slogan Baru Ajinomoto (2-habis): Gunakan Biomassa untuk Gantikan Batu Bara

Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati dan direksi Ajinomoto meresmikan boiler biomassa di kompleks pabrik Ajinomoto di Mojokerto, Rabu, 1 November 2023.-FOTO: JULIAN ROMADHON-HARIAN DISWAY-

Yang menjadi primadona ada di area paling sudut pabrik. Tempat itu dibangun di atas lahan seluas 9.000 meter persegi. Bukan ruang produksi. Tetapi tempat untuk menghasilkan sumber energi.


Bupati Mojokerto Ikfiba Fahmawati melihat wood pellet yang menjadi salah satu energi pengganti batu bara di boiler biomassa Ajinomoto.-FOTO: JULIAN ROMADHON-HARIAN DISWAY-

Di tempat inilah Ajinomoto menorehkan sejarah barunya. Selama 54 tahun beroperasi, pabrik menggunakan tenaga batu bara. Dan mulai beralih ke biomassa pada Rabu, 1 November 2023.

Ajinomoto memulai industri hijau dengan memanfaatkan biomassa. Menggunakan empat jenis bahan baku alami. Mulai dari cangkang kelapa sawit, wood pellet, sekam padi, dan limbah kayu putih.

“Prosesnya memang lebih rumit. Lebih gampang pakai batu bara karena mudah menyala,” ujar Marinto Bayu, Engineer Mechanical Itech Project Department yang sedang berjaga. 

Bahan baku kayu palet ditampung di hopper raksasa. Lalu dialirkan ke silo. Baru kemudian ditransfer ke boiler melalui conveyor. Sekali beroperasi, bisa menampung 30 ton bahan baku.

Awalnya, Marinto dan para pekerja lain merasa kesulitan. Karakter pembakaran di boiler berbeda dengan batu bara. Karena harus pintar menyesuaikan kecepatan angin dan kapasitas materialnya. “Tapi, nanti pasti sudah kebiasaan. Tunggu waktu saja kok,” jelasnya.

Direktur dan Deputi Manajer Pabrik Satria Guntur Pinandhita menegaskan, peralihan batu bara ke biomassa ini memang sejalan dengan misi pemerintah menurunkan emisi karbon. Maka industri hijau harus didorong. Terutama dengan pemanfaatan EBT.

Dalam sehari, dibutuhkan 150 ton biomassa untuk memanaskan boiler. Uapnya lantas dialirkan ke seluruh unit produksi pabrik. Secara ongkos produksi, kata Satria, memang lebih hemat.

Meski hasilnya lebih banyak batu bara yang bisa mencapai 4.800-5.200 kalori. Sedangkan biomassa hanya di kisaran 3.400-3.800 kalori. “Lebih sedikit. tapi , yang penting kami sudah mulai. Nanti pasti kami evaluasi lagi,” tandas Satria.

Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati turut meresmikan peluncuran boiler biomassa itu. Dia optimistis terobosan Ajinomoto ini bisa menginspirasi 900 industri lain di Mojokerto. Tentu untuk ikut menurunkan emisi karbon.

“Kehadiran Ajinomoto di sini merupakan kebanggaan bagi kami. Ajinomoto bisa menjadi role model industri hijau yang mendukung keberlanjutan lingkungan hidup,” katanya. Juga tentu saja terkait pengolahan sepanjang proses produksi. Ikfina berharap industri lain bisa meneladani Ajinomoto yang berhasil mengolah barang sisa atau sampah menjadi produk bermanfaat. (Mohamad Nur Khotib)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: