Wayang Orang Lakon Wahyu Cakraningrat oleh Sanggar Patrialoka: Mencari Pemimpin Ideal

Wayang Orang Lakon Wahyu Cakraningrat oleh Sanggar Patrialoka: Mencari Pemimpin Ideal

Abimanyu dalam pementasan Wahyu Cakraningrat, berhasil mengalahkan para raksasa simbol kejahatan. -Julian Romadhon/HARIAN DISWAY-

HARIAN DISWAY - Pemimpin ideal penerima wahyu yang harus melalui berbagai proses pembelajaran. Hal itu diingatkan Sanggar Patrialoka asal Blitar dalam lakon lakon Wahyu Cakraningrat. Terkait dengan kondisi politik saat inikah?

Jagad kahyangan. Awan latar panggung dengan alas kain biru. Batara Cakraningrat dan Batari Maningrat bermadu, layaknya Ratih-Kamajaya dengan asmara bertalu. Kehangatan mereka sejenak berhenti. Resi Narada, sang pembawa pesan hadir di hadapan keduanya.

"Prokencong-prokencong, pak-pak pong, waru dhoyong ditegor uwong," begitu ia membuka salam. Sulit untuk diterjemahkan kata-kata khas Resi Narada itu. Kata-kata yang tak bermakna tapi justru menyajikan sebuah harmoni.

Harmoni yang mengatasi segala konsep yang tidak bisa disampaikan dengan kata-kata atau kalimat yang terikat. Resi Narada selalu mengutarakan kalimat itu ketika hendak mewedarkan sabda. Bahwa akan turun wahyu cakraningrat.
Abimanyu saat meminta maaf kepada Dewi Sembadra, ibunya, karena lupa meminta restu saat berangkat mencari wahyu. -Julian Romadhon/HARIAN DISWAY-

BACA JUGA: Ini 5 Karakter Tokoh Pemuda dalam Wayang Kulit, Inspirasi untuk Generasi Muda

Wahyu dari para dewa pada manusia di bumi yang ditakdirkan menjadi pemimpin. "Tidak harus seorang ksatria. Orang biasa dari kalangan rakyat pun bisa menjadi penerima wahyu. Asal ia sanggup mengatasi segala nafsu dan godaan," katanya dalam bahasa Jawa.

Wahyu itu mewujud dalam diri Batara Cakraningrat. Sedangkan Batari Maningrat bertugas untuk menggoda atau menguji calon pemimpin. Keduanya pun berhatur sembah ke Batara Narada. Mereka diutus turun ke Hutan Krendhawahana. Karena di situlah wahyu akan nyawiji atau bersatu pada penerimanya.

Itulah adegan awal dalam pementasan Wahyu Cakraningrat oleh Sanggar Patrialoka asal Blitar. Digelar di Gedung Cak Durasim, kompleks Taman Budaya Jawa Timur (TBJT), pada 7 November 2023. Wayang orang atau wayang wong itu berkisah tentang kriteria pemimpin ideal. 

"Seorang pemimpin harus menjalani proses sekian lama. Menempa diri supaya kuat dan siap. Tahan godaan dan mampu mengendalikan hawa nafsu. Itulah sang penerima wahyu cakraningrat," ujar Yohanes Erwin, sutradara pementasan sekaligus aktor Semar.

Apakah berkaitan dengan kondisi jelang pemilu bahwa masyarakat Indonesia akan memilih pemimpin baru? Galeh Robibinur, asisten sutradara, menyahut, "Tidak ada sangkut pautnya. Kalau bicara pemimpin ideal ya memang harus seperti itu. Siap lahir-batin".

Ia menyebutkan bahwa gagasan lakon pementasan itu telah ada sejak 2022. Namun, baru terlaksana pada 2023. Tahun lalu Sanggar Patrialoka telah menyodorkan lakon Wahyu Cakraningrat pada UPT TBJT.

TBJT menyarankan mereka untuk membuat lakon itu menurut versi mereka sendiri. "Saat itu telah kami susun pula. Pementasan inilah yang sesuai dengan versi kami. Jadi tak ada sangkut pautnya dengan Pilpres dan lain-lain. Kebetulan saja momennya tepat," ujar pria 31 tahun itu.

Dalam adegan selanjutnya, para ksatria di bumi telah menerima sasmita wahyu tersebut. Maka pihak Kurawa, ksatria golongan jahat, segera mendatangi Hutan Krendhawahana dan mempersiapkan Lesmana Mandrakumara, putra Duryudana, sulung Kurawa untuk menerima wahyu.

Sengkuni dan bala kurawanya mempertahankan hutan itu agar tak ada ksatria lain yang masuk. Tapi upaya mereka terhalang dengan datangnya Abimanyu dan Gatotkaca, dua anak Pandawa. Kedua putra Arjuna dan Werkudara itu mampu mengatasi Sengkuni dan para Kurawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: