LSI Denny JA dan Kreativitas Mengolok Nalar

LSI Denny JA dan Kreativitas Mengolok Nalar

Ganjar Pranowo menang tipis atas Prabowo dan Anies di sektor pengelolaan maritim Indonesia-Gusti-

SEMACAM perlawanan yang muncul. Perlawanan lewat ketidakpercayaan atas hasil rilis berbagai lembaga survei, yang muncul karena hasil rilis survei selama ini jauh panggang daripada api.

Setidaknya di media sosial perlawanan itu ditampakkan dengan pernyataan ketidakpercayaan. Menertawakan rilis hasil survei dari lembaga survei tertentu, yang memang tampak absurd dengan lebih menggiring opini untuk keterpilihan kandidat tertentu.

Mari kita lihat salah satu lembaga survei yang mentereng, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA. Melihat rekam jejaknya, baik jika menyitir sebuah pepatah lama: kemarau setahun bisa terhapus oleh hujan sehari. Bermakna, tak ada hasil rilis surveinya itu benar 100 persen. Ada kalanya meleset. Bahkan meleset jauh.

BACA JUGA: Pilpres 2024: Simak Visi dan Misi Lengkap Tiga Capres-Cawapres!

Denny JA, founder dan CEO-nya, bisa disebut pollster generasi kedua. Pollster generasi pertama adalah mereka yang tergabung sebagai peneliti di LP3ES. Namun demikian, Denny JA justru namanya lebih moncer dibanding pollster generasi pertama. Mengapa bisa demikian, rasanya tak patut untuk dibahas.

Berjibun penghargaan boleh diterima Denny JA atas prestasi lembaga surveinya, itu tidaklah dipungkiri. Rekam jejaknya bisa mudah dilihat. Terdapat beberapa kekeliruan dari prediksinya siapa yang keluar sebagai pemenang dalam kontestasi pemilihan politik, setidaknya tingkat daerah.

Contoh paling nyata adalah rilis yang dibuat LSI Denny JA pada Pilkada DKI Jakarta, 17 Januari 2017 -sengaja dipilih di sini untuk memperlihatkan bagaimana rilisnya pada Pilpres 2024 kali ini pun menempatkan kandidat yang sama juga di posisi 3, posisi buncit- Anies Baswedan-Sandiaga Uno disebut dalam rilisnya punya elektabilitas stagnan dan cenderung turun.

Bagus jika kita melihat rilis hasil LSI Denny JA sebulan menjelang putaran 1 Pilgub DKI Jakarta. Hasil surveinya memperlihatkan elektabilitas: Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sylviana Murni 36,7 persen. Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat 32,6 persen. Sedangkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno 21,4 persen.

BACA JUGA: Visi Misi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di Pilpres 2024 yang Perlu Anda Tahu: Indonesia Adil Makmur untuk Semua

Hasil survei LSI Denny JA menyimpulkan, Anies-Sandi akan tersingkir di perhelatan Pilgub putaran pertama. Survei itu dirilisnya kurang dari sebulan menjelang pemungutan suara, 15 Februari 2017. Baiklah sekarang kita lihat hasil Pilgub DKI Jakarta putaran 1 itu: Ahok-Djarot mendapat 42,6 persen. Anies-Sandi 39,7 persen. Dan, AHY-Sylviana 17,6 persen.

Ternyata tidak terbukti, bahkan hasil surveinya meleset jauh. AHY-Sylviana yang ditempatkan pada posisi 1, ternyata terlempar ke posisi 3 alias nomor buncit. Tidak berlanjut keputaran 2. Bahkan pada putaran 2, justru Anies-Sandi yang keluar sebagai pemenang mengalahkan Ahok-Djarot yang incumbent.

Perubahan pilihan dalam satu bulan dari paslon yang sebelumnya dijagokan, itu secara teori kemungkinannya sangat kecil. Maka, melesetnya hasil survei LSI Denny JA, itu membuktikan tidak selalu hasil surveinya benar dalam memprediksi hasil pemilihan.

Pilkada DKI Jakarta 2017 membuktikan track record seorang Denny JA patut dipertanyakan. Memang bukan lembaga surveinya saja yang meleset hasil surveinya. Tercatat di antaranya, Litbang KOMPAS, Poltracking, dan lainnya. Rilis lembaga survei hampir semua seakan koor menyebut, Anies-Sandi tercecer di putaran 1.

Saat ini, dalam Pilpres 2024, LSI Denny JA rilis surveinya menempatkan Prabowo Subianto (belum berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka) ada di posisi 1. Dan, Anies Baswedan di posisi 3. Akankah kesalahan prediksi  yang sama dibuat LSI Denny JA, seperti Pilgub DKI di mana pada putaran 1 yang terlempar justru yang hasil surveinya ada di posisi 1 (AHY-Sylviana).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: