Gaza Bukan Hiroshima

Gaza Bukan Hiroshima

Ilustrasi Gaza, Palestina, bukanlah Hiroshima.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Mimpi indah rakyat Palestina mulai terusik. Seusai Perang Dunia I. Kala itu  seorang menteri dari sebuah negara Barat yang kolonialis dan imperialis memberikan dukungan terbuka atas sebuah aspirasi berdirinya sebuah negara Yahudi di tanah Palestina. 

Menteri itu bernama Arthur Balfour, menteri luar negeri Inggris. Surat yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Balfour tersebut adalah mimpi buruk pertama bagi rakyat Palestina.

Setelah Kesultanan Utsmaniyah runtuh dalam Perang Dunia I, nilai-nilai yang ditanamkan di zaman Utsmaniyah tetap kukuh dipegang rakyat Palestina. Mereka adalah warga yang baik dan ramah serta mengamalkan ajaran agamanya dengan baik. 

BACA JUGA: Menlu RI Retno Marsudi Dipercaya OKI untuk Perjuangkan Perdamaian Palestina

BACA JUGA: Prabowo Serahkan Beasiswa untuk 22 Mahasiswa Palestina Kuliah di Unhan

Salah satunya ajaran tentang kewajiban memuliakan tamu. Karena itu, kedatangan gelombang pertama warga Yahudi ke Palestina pasca-Deklarasi Balfour disambut hangat dan gembira. 

Sayang, para tamu itu tidak pernah mau pulang. Malah makin banyak yang datang. Terus datang. Apalagi, setelah Nazi Jerman berkuasa di Eropa, gelombang kedatangan warga Yahudi ke Palestina kian tak terbendung.

Mimpi terburuk kedua bagi rakyat Palestina adalah saat PBB menetapkan tanah Palestina dipecah menjadi dua wilayah (negara). Resolusi itu dikenal sebagai UN Partition Plan. 

Sebagian wilayah untuk warga Yahudi dan sebagian lainnya untuk warga Palestina. Rencana yang tidak masuk akal bagi rakyat Palestina. Namun, belum sempat rakyat Palestina menyampaikan aspirasi dan keberatan terkait rencana pembagian wilayah tersebut, tiba-tiba israel dideklarasikan. Perang. Dan, rakyat Palestina kalah.

 

Kehidupan di Gaza

Dalam situasi normal, Gaza tetaplah sebuah kota yang abnormal. Kehidupan warga Palestina di wilayah Tepi Barat saja tidak sepenuhnya normal. Apalagi di Gaza yang diblokade total oleh israel. Tidak normal. 

Tidak ada kehidupan seperti kehidupan masyarakat di negara-negara merdeka lainnya. Palestina adalah satu-satunya negara di dunia yang masih terjajah. Penjajahnya, yakni israel, didukung Amerika Serikat, Inggris, dan negara Barat lainnya.

Lihat saja tayangan di Al Jazeera. Jangan menonton siaran dari TV-TV Barat seperti CNN, BBC, DW, ABC, dan lainnya. Al Jazeera sangat objektif memberitakan situasi di Gaza saat ini. 

Siaran bertajuk Rescue Mission Gaza: One Day in The Life of an Emergency Worker menggambarkan kondisi riil di Gaza. Silakan tonton tayangan tersebut, kita akan bisa merasakan betapa menderitanya kehidupan rakyat di Gaza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: