Biografi Mahmoud Darwish, Penyair Palestina yang Berhasil Jadi Mimpi Buruk Israel

Biografi Mahmoud Darwish, Penyair Palestina yang Berhasil Jadi Mimpi Buruk Israel

Mahmoud Darwish adalah seorang penyair Palestina yang berhasil jadi mimpi buruk Israel-@blackcatro-

Kisah mereka berdua juga sangat terkenal, sebelum akhirnya hubungan mereka berakhir karena penipuan Ben Ami. 

Kemudian, Darwish memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di Uni Soviet selama setahun.

Pada tahun berikutnya, Darwish tinggal berpindah-pindah di Mesir. Mulai dari Kairo, Beirut, Tunisia, Paris, dan Amman. Ia menghabiskan seluruh waktu 25 tahun pengasingannya sebagai penyair dan editor di Surat Kabar Al-Ahram.


Kisah cinta penyair Palestina Mahmoud Darwish yang berakhir tragis karena terhalang konflik dua negara Palestina-Israel kembali viral di X pada 25 November 2023 -@blackcatro-

BACA JUGA:Nama Mahmoud Darwish Kembali Viral, Penyair Palestina dan Kisah Cintanya dengan Agen Intelijen Mossad Israel

Darwish juga sempat berpindah kembali ke Lebanon untuk bekerja sebagai editor jurnalis di perusahaan Palestinian Issues yang bertempat di Ibu Kota Beirut.

Tapi, lagi-lagi ia harus kembali pulang ke negaranya pada tahun 1982, ketika Israel melancarkan invasi ke Lebanon. 

Bergabung Sebagai Anggota Politik PLO 

Pada tahun 1987, Darwish resmi diangkat sebagai komite Eksekutif Organisasi Kebebasan Palestina (PLO), di tengah memanasnya konflik antara Israel dan Palestina. 

Selama bergabung PLO sejak tahun 1973, Darwish membuat pencapaian dengan menulis Deklarasi Kemerdekaan Bangsa Palestina pada tahun 1988.

Tak lama, pada tahun 1993 ketika Perjanjian Oslo resmi dicetuskan antara pihak pemimpin PLO dan Israel di Norwegia, Darwish memutuskan untuk keluar dari PLO. 

Ia pribadi menolak tercetusnya perjanjian itu. Karena isi perjanjiannya menyatakan bahwa Palestina menerima kehadiran Negara Israel untuk berdiri di tempat yang sebelumnya merupakan wilayah Palestina. 

Hingga pada akhirnya, pada tahun 1996 Darwish tinggal di Wilayah Tepi Barat, Ramallah yang kini masih dikuasai Israel.

Darwish tetap bekerja menjadi penyair sekaligus editor di Perusahaan Media Al-Karmil. Di mana ia terus menggoreskan untaian puisinya tentang penjajahan Palestina selama hidupnya. (Salsa Amalika) 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: