Lawatan FISIP Universitas Airlangga ke Melbourne (2): Simposium Membahas Dinamika Indonesia
SULIKAH Asmorowati (dua dari kiri) dan Bagong Suyanto (kanan) di Australia.-Dok Pribadi-
BACA JUGA: Rapat Pleno Senat Universitas Airlangga (1): Menyikapi Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023
BACA JUGA: Rapat Pleno Senat Universitas Airlangga (2): Menyikapi Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023
Dalam simposium terungkap bahwa sejak reformasi bergulir 25 tahun lalu, sebetulnya banyak harapan masyarakat tentang Indonesia baru yang diinginkan. Setelah lebih dari tiga dasawarsa masyarakat hidup di bawah kekuasaan politik pemerintah Orde Baru, kehadiran era reformasi melahirkan harapan baru tentang kehidupan bernegara dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Banyak pencapaian Indonesia setelah reformasi. Namun, ada juga catatan bahwa kemiskinan, kesenjangan, dan banyak lagi permasalahan seperti korupsi, demokrasi, kekerasan seksual, dan lain-lain yang tetap menjadi persoalan serius yang belum tertangani dengan baik di Indonesia.
BACA JUGA: Pengukuhan Guru Besar Universitas Airlangga: Kritik di Tahun Politik
BACA JUGA: Puluhan Dosen FISIP Unair Healing ke Luar Negeri, Merevitalisasi Batin dan Semangat Kerja
Selain itu, dalam simposium itu dibahas isu-isu perempuan. Penekanannya, meski banyak kemajuan dalam upaya pemberdayaan perempuan, tetapi dari diskusi terungkap, hak perempuan dalam banyak hal sebetulnya masih menjadi persoalan tersendiri. Beberapa persoalan perempuan yang dibahas dalam simposium itu adalah pemilihan cara melahirkan di kalangan perempuan.
Yakni, ada pergeseran preferensi cara melahirkan yang lebih memilih operasi caesar, misalnya, sering kali mengundang stereotip tertentu dan dikatakan menyalahi kodrat. Demikian juga pemilihan apakah menyusui atau tidak bagi perempuan sering kali juga menimbulkan justifikasi terhadap tubuh dan hak perempuan. Intinya, apa pun yang dipilih perempuan akan lebih baik jika diiringi dengan informasi dan komunikasi yang baik dari penyelenggara layanan publik tentang kelebihan dan kekurangan setiap metode.
Berubah
Bagi para peneliti dan peserta simposium, diskusi yang digelar di antara sesama pemerhati Indonesia tentu sangat bermanfaat. Selain menampilkan temuan hasil studi yang terbaru, isu yang didiskusikan dibahas secara teoretis. Memahami perkembangan masyarakat Indonesia pascareformasi membutuhkan pendekatan dan pemahaman yang tepat –yang mengacu pada temuan data dan interpretasi teoretis yang relevan.
Disadari bahwa di era pascareformasi, masyarakat Indonesia kini telah banyak berubah. Berbeda dengan era Orde Baru yang sebagian besar masyarakat masih cenderung bersikap tradisional, parochial, dan lebih melihat sosok ketimbang program yang rasional, kini masyarakat Indonesia telah berubah. Kehadiran media sosial dan meningkatnya literasi informasi dan literasi kritis masyarakat membuat cara mereka menghadapi tantangan juga ikut berubah.
Mendekati tahun politik 2024, masyarakat Indonesia boleh dikata adalah masyarakat baru yang berpikir dengan cara baru. Masyarakat tidak lagi mudah tunduk pada wacana dominan dan represi kultural yang dikonstruksi para elite politik. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat baru yang memiliki karakteristik lebih kritis dan memiliki otonomi dalam memilih elite politik yang didukungnya.
Secara sosial budaya, masyarakat Indonesia baru adalah masyarakat yang multikulturalistik. Masyarakat tidak lagi mengembangkan budaya yang mendukung kohesi sosial atas dasar ras, ideologi, dan ikatan kultural. Masyarakat Indonesia yang baru adalah masyarakat yang kritis melihat perkembangan zaman sehingga memiliki daya tahan yang kuat –tidak mudah pecah oleh perbedaan yang berbau SARA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: