Lawatan FISIP Universitas Airlangga ke Melbourne (2): Simposium Membahas Dinamika Indonesia
SULIKAH Asmorowati (dua dari kiri) dan Bagong Suyanto (kanan) di Australia.-Dok Pribadi-
RABU dan Kamis, 22-23 November 2023, delegasi dari FISIP Universitas Airlangga menghadiri simposium di The University of Melbourne –sebuah kampus terbaik di Melbourne. The University of Melbourne adalah satu di antara delapan kampus terbaik di Australia yang biasa disebut sebagai the big eight university di Australia dan merupakan universitas terbaik ranking ke-14 di dunia.
Setiap tahun The University of Melbourne selalu menyelenggarakan simposium yang diadakan Indonesia Forum di faculty of arts. Simposium itu khusus membahas berbagai persoalan di Indonesia dari berbagai perspektif dan bersumber dari riset-riset yang berkualitas. Para panelis yang hadir membahas isu-isu sosial-politik, ekonomi, dan budaya secara multidisiplin.
Pada 2023 ini, simposium soal Indonesia yang digelar sejak 1991 itu mengambil tema peluang dan tantangan masyarakat Indonesia pascareformasi. Judul simposiumnya adalah 42nd Indonesia Forum Hybrid Symposium for Postgraduate & Early Career Researchers 22-23 November 2023 University of Melbourne Parkville Campus, Victoria, Australia. Temanya adalah Reformasi 25-years on: Opportunities & Challenges for Indonesian Society.
Ada sekitar 40 peserta yang hadir. Sebagian besar adalah mahasiswa S-2 dan S-3 dari The University of Melbourne, Monash University, Deakin University, University of Michigan, dan beberapa panelis dari PT Indonesia seperti Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, BRIN, dan periset yang sedang di awal karier, baik dari Australia maupun Indonesia.
BACA JUGA: Hasil Sharing Experience Pimpinan Universitas Airlangga: Cupu Manik Astagina dan Kekuasaan
BACA JUGA: Hasil Sharing Experience Pimpinan Universitas Airlangga: Meletakkan Fondasi, Membangun Prestasi
Acara dibuka Prof Katharine McGregor yang juga merupakan deputy associate dean (International-Indonesia), Faculty of Arts, The University of Melbourne. Prof Kate juga presiden dari The Asian Studies Association of Australia (https://asaa.asn.au).
Menurut Kate, acara simposium yang membahas Indonesia itu adalah momen penting dan berharga untuk sharing informasi di antara sesama pemerhati dan peneliti pemula yang menaruh perhatian pada isu-isu Indonesia. Simposium itu selalu membahas isu-isu terbaru di Indonesia, seperti tahun ini yang juga menandai 25 tahun reformasi yang terjadi di Indonesia pada 1998.
BACA JUGA: Peringatan Dies Natalis Ke-69 Universitas Airlangga: Lewat Game Building, Bangun Solidaritas
BACA JUGA: Guru Besar yang Terspesialisasi atau Multidisiplin?
Beragam Topik
Simposium yang diselenggarakan selama 2 hari dibagi ke dalam 6 panel diskusi. Di hari pertama, ada empat topik yang dibahas. Yaitu, (1) history and cultural memory, (2) health transitions, opportunities & challenges, (3) local knowledge & sustainable practice, dan (4) youth & social engagement. Sedangkan di hari kedua, topik yang dibahas meliputi (5) defending democracy and human rights dan (6) history & cultural memory.
Hasil penelitian yang dibahas dalam panel-panel tersebut pun sangat beragam. Mulai pembahasan tentang titik silang sejarah kekuasaan Orde Lama dan Orde Baru yang dikaitkan dengan 25 tahun era reformasi di Indonesia, pembahasan tentang industri kreatif dan studi-studi budaya (cultural studies), media sosial dan pemuda, topik-topik kesehatan termasuk tentang vaksin dan pelayanan kesehatan di Indonesia, perubahan iklim hingga sustainable development untuk menjamin keberlanjutan bumi dan masyarakatnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: