Tudingan Iriana Jokowi Jadi Sosok Intelektual di Balik Pencalonan Gibran adalah Cara Berpolitik Misoginis

Tudingan Iriana Jokowi Jadi Sosok Intelektual di Balik Pencalonan Gibran adalah Cara Berpolitik Misoginis

HARIAN DISWAY - Mendekati kalender kontestasi Pilpres muncul kembali isu yang menyeret pencalonan Gibran Rakabuming Raka, Iriana Jokowi dinilai menjadi sosok kuat yang mendorong Gibran untuk mencalonkan diri mendampingi Prabowo.

Menurut pengamat politik ini merupakan suatu hal yang lumrah tapi dinarasikan dengan sentimen negatif. Sejak Gibran diumumkan menjadi wakil calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) muncul berbagai narasi yang menyerang.

Bahkan sebelum itu, putusan MK mengenai batasan umur calon presiden-wakil presiden dinilai menjadi ajang suksesi pencalonan Gibran

BACA JUGA: PAN Balas Sindiran PKS Soal Prabowo Gemoy: Bagian dari Ekspresi Demokrasi yang Sehat

Belakangan ini muncul nama Iriana yang dinilai menjadi sosok intelektual di balik pengajuan nama Gibran.

Kabar tersebut muncul setelah hubungan keluarga Jokowi dengan PDIP menjadi cukup renggang. Isu keterlibatan Iriana menjadi sangat kencang mendekati musim kampanye.

Menurut Founder Cyrus Network, Hasan Hasbi tudingan tersebut merupakan hal yang cukup wajar namun dalam hal ini tak perlu disangkut pautkan dengan framing negatif.

Apalagi Iriana merupakan ibu dari Gibran, sudah semestinya seorang ibu memberi nasihat dan pengaruh terhadap anaknya.

BACA JUGA: Prabowo Berdiskusi dan Terima Masukan dari 68 Kiai di Ponpes Langitan, Tuban

“Kalau menurut saya pemberitaan ini agak di luar batas kewajaran terhadap ibu negara, pasti ibu negara punya peran yang besar, namun ini kan influence hanya sebatas keluarga dia, mestinya masih wajar,” tutur Hasan dalam diskusi Total Politik pada 25 November 2023.

Dalam pandangan publik Iriana memang jarang terlibat dalam pergerakan politk. Hal ini terlihat dari jarang nya Iriana hadir dalam agenda partai-partai. Pemberitaan semacam ini menurut Hasan mengarah terhadap gaya berpolitik misoginis.

Yakni politik yang memiliki prasangka buruk terhadap peran perempuan. Seakan-akan narasi yang keluar adalah perempuan menjadi aktor politik yang penuh pengaruh di belakang layar.

BACA JUGA: Prabowo-Gibran Kompak Hadiri Rakornas Gakkumdu Bawaslu

Hasbi menegaskan ini merupakan cara pandang yang kurang baik dalam berpolitik. Dengan menyebarkan luaskan narasi tentang keluarga sebagai bentuk serangan politik terhadap lawan (negative campaign).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: