Pameran Lukisan oleh Komunitas Art Continuous: Sebuah Implementasi Lain Pahlawan
Dari 17 pelukis Art Continuous ada 35 lukisan yang dipajang. Tampak dua dalam foto ini karya Kak Herry berjudul Perahu di Muara Camplong (kanan atas) dan Maria Emma V berjudul Magician (kiri atas). -Majalyn Nadiranisa/HARIAN DISWAY-
HARIAN DISWAY - Jika biasanya lobi Hotel Gold Vitel Surabaya dihiasi dengan banyak ornamen bunga, kali ini agak berbeda. Ada beragam lukisan karya pelukis dari komunitas Art Continuous yang menghiasinya. Mengisi ruangan yang menjelma seperti galeri seni pada umumnya.
Saat memasuki pintu lobi hotel, mula-mula mata pengunjung akan dibuat tertuju pada pohon cemara berhias lonceng untuk menyambut Natal bulan depan. Nah, ketika melirik ke samping, di sana terpajang sejumlah karya lukisan dengan tema Semangat Juang Arek Suroboyo Melalui Karya Seni.
Masih dalam suasana memperingati Hari Pahlawan 10 November, pameran itu digelar. Tajuknya tentang pahlawan. Tapi sebenarnya, pameran lebih fokus pada pahlawan lingkungan.
“Makna temanya luas ya. Bisa menjadi berbagai lukisan untuk mengimplementasikan kata pahlawan itu sendiri. Lewat lingkungan ataupun karakter yang dikagumi para pelukis,” jelas ketua Art Continuous dan pelaksana pameran, Nini Sumini.
Pameran berjudul Semangat Juang Arek Suroboyo Melalui Karya Seni ini berlangsung dari 10 November hingga 9 Desember 2023. Tampak karya Nini Sumini berjudul Kampungku (paling kanan bawah). -Majalyn Nadiranisa/HARIAN DISWAY-
Sebagai penggagas Art Continuous bersama Irdina Larasanti, Nini juga salah seorang dari 17 pelukis yang berpartisipasi. Ada karyanya berjudul Kampungku yang diikutsertakan. Lukisannya memperlihatkan di depan setiap rumah memiliki tanaman yang menghiasi bahu jalan.
“Kampung saya itu insprasi saya. Sebab merupakan salah satu kampung di Surabaya yang turut menunjang program lingkungan Pemerintah Kota Surabaya lewat Gerakan Kampung Berseri yakni bersih, sehat, rindang, dan indah,” jelasnya.
Penjelasan Nini tersebut mewakili implementasi tema pahlawan pada pameran. Menurut Nini, bukan hanya lewat peperangan kita bisa menjadi pahlawan. Mencintai lingkungan juga menjadi perjuangan di era sekarang.
Sejak dibuka, pengunjung pameran di hotel itu tampak bergantian melihat karya. Salah seorang itu ada Abdul Azis asal Sidoarjo. Sebenarnya, melihat lukisan di hotel itu bukan tujuan utamanya.
Namun, hal tersebut ternyata langsung memberikan kesan tersendiri baginya. “Sebagai salah satu ruang pamer lukisan, kegiatan semacam ini perlu diperbanyak di hotel-hotel ya. Tamu bisa diberi kesempatan untuk mendapatkan hal lain saat menginap. Dapat suasana baru. Untuk pengunjung umum juga begitu,” kata Azis.
Saat berkeliling, matanya fokus pada dua buah lukisan. Figurnya kepala harimau. “Harimau identik dengan alam yang apa adanya. Mereka selalu memperjuangkan sesuatu untuk mempertahankan ekosistemnya,” terang Azis sambil memandangi lukisan tersebut.
Lukisan yang dimaksud adalah karya Monica berukuran 60x60 cm yang berjudul Macanku 1 dan 2. Yang pertama berkesan garang. Macannya berwarna oren, matanya biru, terlihat taring dan lidahnya menjulur keluar.
Lukisan karya Monica berukuran 60x60 berjudul Macanku 1 dan 2. Yang pertama berkesan garang. Macannya berwarna oren, matanya biru, terlihat taring dan lidahnya menjulur keluar. Sedangkan yang kedua, berkesan sebaliknya. -Majalyn Nadiranisa R-
Sedangkan yang kedua, berkesan sebaliknya. Jika dipandang lebih tenang. Macannya biru, matanya oren, tak dilihatkan taring dan lidahnya. Diselipi dedaunan yang mendukung gambaran kehidupan alam.
Beragam karya berupa flora, fauna, dan pemandangan bisa kita jumpai di sana. Selain itu, ada salah satu lukisan yang sedikit mencolok dengan judul Kiprah Ibu karya Bambang Harianto.
Bambang seperti mewakilkan kata pahlawan melalui karakter ibu. Lukisannya membawa yang melihat pada kesedihan. Terlihat kecil pada bawah tengah lukisan seorang perempuan berambut panjang sedang merangkul seorang anak kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: