Alit Indonesia Tunjukkan Cara Suku Tengger Manfaatkan Tanaman Herbal untuk Pengobatan

Alit Indonesia Tunjukkan Cara Suku Tengger Manfaatkan Tanaman Herbal untuk Pengobatan

Cara Suku Tengger manfaatkan tanaman herbal untuk pengobatan. Buah terong mencu, salah satu jenis tanaman herbal yang dipamerkan di ajang Tengger Ethnomedicine Festival, di Museum Etnografi Unair, 12-14 Desember 2023.-Muchamad Ma'ruf Zaky-

HARIAN DISWAY - Sebagai bagian dari event Tengger Ethnomedicine Festival, Alit Indonesia memamerkan berbagai tanaman herbal yang kerap digunakan masyarakat Suku Tengger untuk kesehatan tubuh.

Pameran itu digelar di Museum Etnografi Unair, sejak 12 hingga 14 Desember 2023. Berada di ruang tengah museum, terdapat berbagai jenis tumbuhan herbal yang diletakkan dalam wadah-wadah bambu.

Masyarakat umum, serta mahasiswa Unair antusias menyambut pameran tersebut. Sebab, mereka dapat mengetahui berbagai kearifan lokal Suku Tengger. Seperti Aulia Destya, mahasiswi Jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Unair.

BACA JUGA: Nendang Pol! Berkenalan dengan Cabai Terong, Cabai Asli Tengger yang Pedasnya Bukan Main


Cara Suku Tengger manfaatkan tanaman herbal untuk pengobatan. Aulia Destya (kanan), pengunjung pameran Tengger Ethnomedicine Festival, didampingi dua staf Alit, Prudensia Anyelia Yuniati (kiri), dan Lusia Efrata (kanan). Mereka berbincang tentang khasanah-Muchamad Ma'ruf Zaky-

Dia, juga pengunjung lainnya, didampingi tiga staf Alit: Riris Agustina, Lusia Efrata, dan Prudensia Anyelia Yuniati (Yuni). Mereka menunjukkan berbagai jenis tanaman herbal itu. Pertama, yang paling ujung, adalah koro pedang putih.

Bentuknya seperti kedelai, tapi lebih besar. Warnanya putih, dan terdapat garis cokelat di punggung biji-bijian itu. "Masyarakat Tengger menyebut tanaman ini 'koro wedung'. Protein nabatinya tinggi, dan bisa jadi tempe," kata Riris, kemudian mengambil bungkusan daun pisang di wadah sebelah kanan.

"Bungkusan ini adalah tempe yang dibuat dari biji koro pedang putih yang telah diproses fermentasi. Prosesnya sama seperti membuat tempe," katanya. Dia menyebut bahwa gizi tempe yang terbuat dari biji koro pedang putih, lebih tinggi dari tempe yang dibuat dari bahan kedelai.

BACA JUGA: Workshop Alit Indonesia, Membuat Teh Tisan itu Mudah

"Kekurangannya dari sisi daya tahan. Tidak bisa bertahan berhari-hari seperti tempe kedelai. Mungkin sekitar sehari-dua hari saja. Maka setelah jadi, lebih baik langsung diolah menjadi makanan dan disantap," ungkapnya.

Terdapat beberapa biji berwarna hitam, bentuknya seperti lada. Di sampingnya terdapat botol-botol kecil berisi minyak. Itu merupakan biji krangean. Nama ilmiahnya, litsea cubeba. "Ini bisa dimakan langsung, kak. Rasanya sedikit menyengat, bisa timbul sedikit rasa kebas pada lidah. Tapi manfaatnya bagus untuk pernapasan," ujar Yuni.


Cara Suku Tengger manfaatkan tanaman herbal untuk pengobatan. Tanaman herbal krangean, yang bermanfaat untuk meredakan sesak napas, dipamerkan dalam pameran Tengger Ethnomedicine Festival.-Muchamad Ma'ruf Zaky-

"Aman, nih?," tanya Destya, sembari memegang sebutir biji krangean. Para staf Alit bahkan memberi contoh dengan mencobanya langsung. Destya pun mengikutinya. Dia mengunyah sebiji krangean.

"Sengatannya merasuk halus, sampai ke sela-sela hidung. Ini jelas bagus untuk mereka yang terkena flu, atau masalah-masalah pernapasan lainnya," kata Destya. Lusia menyebut bahwa masyarakat Tengger juga kerap memanfaatkan minyak krangean sebagai obat urut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: