Mengenal Carbon Capture and Storage, Istilah yang Digunakan Gibran Dalam Debat Cawapres

Mengenal Carbon Capture and Storage, Istilah yang Digunakan Gibran Dalam Debat Cawapres

Teknologi CCS memungkinkan penangkapan dan penyimpanan emisi karbon dioksida untuk diinjeksi ke dalam tanah maupun di dalam lautan daripada dilepaskan ke atmosfer-youtube shell-

HARIAN DISWAY – Pada debat kedua calon wakil presiden (cawapres) yang dilangsungkan pada Jumat 22 Desember 2023, Gibran melontarkan sebuah istilah yang terdengar asing bagi kebanyakan orang. Istilah tersebut adalah Carbon Capture Storage.

Teknologi CCS diciptakan untuk menanggulangi fenomena pemanasan global yang utamanya diakibatkan oleh banyaknya emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer. 

Dengan teknologi CCS ini, emisi karbon ditangkap dan di simpan dalam lingkungan tertentu daripada dilepaskan ke atmosfer. 

Dilansir dari sumber resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Carbon Capture and Storage (CCS) merupakan salah satu teknologi mitigasi pemanasan global dengan cara mengurangi emisi CO2 ke atmosfer.

BACA JUGA:Gibran Pede, Akui Satu-satunya Kandidat Cawapres yang Pernah Ikut Debat KPU

Teknologi ini merupakan rangkaian pelaksanaan proses yang terkait satu sama lain, mulai dari pemisahan dan penangkapan (capture) CO2 dari sumber emisi gas buang (flue gas), pengangkutan CO2 tertangkap ke tempat penyimpanan (transportation), dan penyimpanan ke tempat yang aman (storage).

Singkatnya, Carbon Capture Storage merupakan sistem penangkapan CO2.

Sistem CCS ini dilakukan dengan teknologi penyerapan (absorpsi) yang sudah cukup lama dikenal di sunia industri. Biasanya, penangkapan CO2 digunakan untuk memproduksi gas hidrogen baik pada skala laboratorium maupun komersial.

BACA JUGA:Gibran Pede, Akui Satu-satunya Kandidat Cawapres yang Pernah Ikut Debat KPU

Sementara itu, pengangkutan dilakukan dengan menggunakan pipa atau tanker seperti pengangkut gas pada umumnya (LPG, LNG), sedangkan penyimpanan dilakukan ke dalam lapisan batuan di bawah permukaan bumi yang dapat menjadi perangkap gas hingga tidak lepas ke atmosfer, atau dapat pula diinjeksikan ke dalam laut pada kedalaman tertentu.

Menurut International Energy Agency (IEA), volume emisi CO2 akibat pembakaran bahan bakar fosil mencapai 56% dari total semua emisi global. Persentase ini berasal dari sekitar 7500 instalasi besar peng-emisi CO2 (large stationary point sources) yang mengemisikan lebih dari 1000.000 ton CO2 setiap tahunnya.

Kajian IEA lebih lanjut menyimpulkan bahwa dari jumlah tersebut, pembangkit listrik batubara (PLTU) merupakan sumber emisi utama yang mencapai lebih dari 60 persen. Selanjutnya PLTG yang mencapai 11 persen dan PLTD 7 persen. Sementara itu, industri lain menyumbang sekitar 3-7 persen.

BACA JUGA:Gibran Tegaskan Lanjutkan dan Sempurnakan Program Jokowi

Dengan demikian, untuk dapat mengurangi emisi CO2 dalam jumlah besar adalah logis jika dilakukan pengendalian (penangkapan CO2) yang dihasilkan dalam gas buang dari pembangkit listrik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: