Hati-hati dengan Janji Politik

Hati-hati dengan Janji Politik

Saat musim kampanye begini banyak janji-janji politik dalam kampanye pemilihan presiden yang tidak bermakna apa-apa, kecuali dengan janji-janji itu efektif merebut dan mempertahankan kekuasaan. Hal ini seperti dalam mazhab realisme politik. --

Bagi partai ini, kegiatan semacam itu tidak hanya dimaksudkan untuk menang dalam pemilihan umum, tetapi juga untuk membangun basis massa yang lebih permanen. Sifat jangka panjang kegiatan kesejahteraan sosial inilah yang membedakannya dengan partai-partai lain. 

Dengan slogan “kegiatan kecil tapi bermanfaat”, aktivis partai tersebut di desa-desa, secara terang-terangan maupun tersamar, tidak hanya memimpin dalam tuntutan-tuntutan politik lokal seperti menurunkan sewa tanah dan sukubunga utang, serta memperbaiki pembagian air desa, tetapi juga dalam kegiatan non-politik.

BACA JUGA: Ini Komentar Ganjar Pranowo Soal SGIE

Seperti mengorganisir pemakaian alat-alat pertanian secara bersama, gotong-royong untuk pesta, pembangunan saluran air, dan membantu korban banjir dan kebakaran (Feith, 1999). Inilah yang yang menyebabkan partai itu sukses mendulang suara dengan menempati posisi empat besar baik di tingkat nasional maupun lokal. 

Jika metode yang dilaksanakan oleh partai tersebut (tentu dengan berbagai modifikasi dan pengayaan) dipakai, para kandidat presiden, cawapres, dan tim suksesnya tidak perlu repot-repot mengumbar janji manis yang tidak jelas realisasinya.

Juga tidak perlu terlalu banyak membuang energi dan uang untuk mengerahkan massa dalam berbagai kampanye yang dananya pasti sangat besar. Mari kita cermati dengan baik kandidat mana yang memiliki visi dan misi yang baik dan dapat dikerjakan, dan mana yang sekadar mengumbar janji. 


Kampanye salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar yang banyak direspons pendukungnya. Nah mereka ini harus kritis dengan janji-janji politik yang disampaikan dalam kampanye.--

Pilihan kita pada 14 Februari nanti akan menentukan masa depan negara ini lima tahun ke depan. Oleh karena itu, sikapilah dengan cerdas janji-janji manis para politisi dan partai politik yang mengusungnya.

(Oleh Sarkawi B. Husain: Pengajar pada Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga dan penulis buku Politik Representasi dan Simbolisme Perkotaan)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: